14 | PAMERAN LUKISAN

4.3K 635 20
                                    

Saat Nora kecil, ia bercita-cita ingin menjadi seorang astronom karena Papi yang senantiasa mengenalkannya tentang benda-benda langit. Alih-alih membacakan dongeng tentang seorang putri kerajaan, Papi selalu menceritakan terbentuknya matahari. Dari sana Nora mulai tertarik hingga mengungkapkan pada Papi jika kelak ia besar, ia ingin menjadi seorang astronom agar lebih mendalami ilmu astronomi. Bahkan menggantungkan cita-cita setinggi-tingginya ingin menjadi seorang ilmuan.

Namun sayang, cita-citanya tidak bisa terwujud sama sekali. Bahkan ia tidak lulus SMA. Tiga tahun setelah kejadian buruk yang menimpanya, barulah ia mengambil paket C untuk memperoleh ijazah SMA. Saat Papi menawarkan agar ia kuliah, ia langsung menolak karena kondisinya.

Beberapa tahun lalu, Nora terpekur dalam dunia seni lukis. Yang awalnya hanya coretan-coretan abstrak untuk meluapkan emosinya. Hingga ia didampingi oleh orang profesional. Mengajarkannya dan membuatnya semakin paham apa itu seni lukis. Yang memiliki beberapa aliran yang merupakan gaya, genre dan paham khas yang diikuti oleh kelompok atau individu tertentu untuk menciptakan seni lukis.

Aliran ekspresionisme menjadi aliran yang Nora tekuni selama bertahun-tahun. Merupakan aliran yang ingin mengemukakan segala sesuatu yang bergejolak dalam jiwa. Tentunya emosi Nora yang tak stabil saat itu benar-benar membuatnya mencurahkan segala emosinya lewat lukisan hingga kebiasaan buruknya yang selalu menyakiti dirinya teralihkan menjadi melukis di atas kanvas.

Nora tak ingin disebut sebagai seniman meski ada beberapa lukisannya yang telah dibeli oleh orang. Karena Nora tak ingin dikenal oleh siapapun. Lagi-lagi karena masa lalunya yang sangat menyedihkan.

Nora yang menelusuri pameran lukisan yang diadakan salah satu seniman terkenal tersebut berhenti melangkah. Tatapannya terpaku pada lukisan di hadapannya. Kanvas berukuran 50x70 itu telah di penuhi empat macam warna yang didominasi warna hitam. Langit yang hitam, begitupun awannya. Di atas awan terdapat siluet yang gambarnya tak terlalu jelas, tapi orang mampu menebaknya jika itu gambar orang yang sedang tengkurap.

Ada titik-titik berwarna merah, seakan titik-titik itu hujan yang turun ke bawah tepatnya ke arah beberapa gambar orang yang terlihat menikmati hujan tersebut. Seakan tidak peduli jika apa yang mereka nikmati adalah sebuah tangisan putus asa dari seseorang.

"Beberapa orang tadi ada di sini dan membicarakan lukisan ini. Mereka menyukainya."

Nora menoleh menemukan Jihan yang tersenyum lebar, ia tersenyum tipis.

"Aku kira kamu bakal jadiin ini koleksi."

Jihan menyengir. "Mas Rama menyukainya dan menyuruhku untuk memajangnya. So, why not?" Jihan mengendikkan pundaknya. Rama merupakan orang yang menggelar pameran lukisan tersebut dan mengundang beberapa seniman yang ingin memamerkan lukisannya.

"Jadi itu alasan kamu maksa aku datang ke sini?"

Lagi-lagi Jihan menyengir kemudian merangkul pundak Nora. Jihan pun memberitahu Nora pendapat Rama tentang lukisan yang berjudul 'menangis di atas awan', tersebut. Mulai dari pemilihan warna serta gradasi warnanya dan makna yang terkandung di dalamnya.

"Kamu bisa lho jadi seniman hebat. Lukisan-lukisanmu gak pernah gagal. Semuanya luar biasa."

"Aku gak sehebat itu." Nora menggeleng seraya tersenyum lembut. Jihan hanya berdecak gemas akan tingkah rendah hati temannya itu.

Mereka pun beralih untuk melihat lukisan lain usai Jihan memaksa Nora untuk  berfoto bersama lukisannya. Seraya menelusuri tempat tersebut. Nora pun bertanya pada Jihan.

"Han, kamu punya lukisan erotik?"

Langkah Jihan langsung berhenti, begitupun Nora. Jihan menatap Nora dengan kening mengkerut.

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang