08 | TRY

4.4K 588 17
                                    

"Mi, gak ada selai kacang ya?"

Mami tertawa pelan mendengar Papi dan Nora yang mengucap bersamaan lalu kedua orang itu saling berpandangan dan tersenyum geli. Mami pun membuka lemari kabinet, mengambil selai kacang yang baru lalu menaruhnya di atas meja makan.

"Biar aku yang olesin selainya, Pi," ujar Nora. Papi pun mengangguk dan menyesap secangkir kopi buatan Mami. Sementara di sebelah Nora ada segelas susu putih.

Setelah mengolesi dua lembar roti, Nora menyerahkannya pada Papi, kepalanya diusap dengan lembut membuatnya tersenyum. Nora pun mengelos selai pada rotinya.

"Adek punya pacar?"

Gerakan Nora yang mengolesi roti berhenti, ia mengangkat pandangannya menatap Papi yang menatapnya. Papi bertanya tidak menuntut ataupun terlihat marah. Terkesan sangat santai. Jadi, Nora menanggapi dengan santai juga. Menggeleng pelan lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda, mulai menggigit ujung roti dan merasakan gurihnya selai kacang tersebut.

Setelah menelan, Nora kembali menatap Papi. "Aku masih harus konsultasi dengan Dokter Amanda, Pi." Dengan kata lain, Nora ingin mengingatkan jika tentunya ia masih memiliki trauma untuk berhadapan dengan manusia berjenis kelamin laki-laki. Mana mungkin ia memiliki seorang kekasih.

"Ya, siapa tau aja. Kamu mau mencoba dulu, biar tau respon trauma kamu gimana? Apa masih seperti beberapa tahun lalu? Apa berkurang? Atau sama sekali sudah gak ada lagi?" ujar Papi lembut.

"Aku gak punya pacar," gumam Nora menunduk. Ia tak harus mengatakan apa. Tak ingin membenarkan tebakan Papi karena saat ini ia tengah mencoba, seperti halnya yang dikatakan Papi juga apa yang Dokter Amanda sarankan.

"Kala?"

Kepala Nora langsung menegak, ia menatap Papi yang tengah serius. Melirik Mami yang sedang sibuk di depan kompor entah membuat apa.

"Maksudnya?" Meski Nora menebak jika Papi mengira ia ada hubungan dengan Kalandra, tapi Nora ingin pura-pura tak tau.

Apa mungkin karena semalam Kalandra yang mengantarnya pulang? Bahkan pria itu sempat mengobrol dengan Papi, yang ia pikir hanya obrolan tentang pembangunan rumahnya karena memang ia memberitahu Papi jika ia memberikan tanggung jawab sepenuhnya pada Kalandra untuk renovasi rumahnya.

Entah kenapa Nora merasa gelisah.

Bagaimana jika Papi malah mencerca Kalandra seperti seorang kekasih putrinya? Seperti yang Papi selalu lakukan pada Kalee?

Kalau pada Kalee, Nora tidak perlu terlalu cemas karena sudah biasa Kalee mendapatkan hal tersebut dan menurutunya Kalee tak akan mengambil hati.

Tapi ini Kalandra?!

Orang yang baru bersinggungan dengannya, walau mereka sudah lama saling mengenal. Orang yang hanya di kenal sebagai kakak laki-laki Kalee yang merupakan teman Nora.

"Pi, semalem kan aku udah jelasin kenapa bisa Mas Kala yang anterin aku." Nora mendesah pelan, ia merasa tiba-tiba hilang selera makan.

"Iya. Tapi kamu gak pa-pa satu mobil dengan dia?"

Nora mengangguk pelan. Semalam pun ia sama sekali tak merasa terancam seperti halnya yang selalu ia bayangkan jika berada di dekat seorang pria, bahkan hanya berdua saja. Padahal ia dan Kalandra tidaklah akrab dan memasukkan Kalandra dalam golongan pria asing meski telah lama mengenal.

Apa mungkin karena sebelumnya Kalandra membuatnya nyaman?

Contoh kecilnya, saat pertama kali mereka berinteraksi, Kalandra yang tak membawa mereka bicara di ruangan pria itu, kemudian adanya Ivanka saat ia mengira hanya akan berdua saja dengan Kalandra saat meninjau rumahnya yang ingin direnovasi. Lalu pria itu yang mengatakan, ia tak perlu pergi untuk melihat proses pembangunan karena tentunya banyak pekerja laki-laki di sana, hal yang tentunya merasa tidak nyaman jika berada di sana.

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang