Nora membuka pintu balkon membuatnya dapat melihat secara langsung pemandangan laut yang menyejukkan mata, ditambah udara yang begitu sejuk. Merentangkan kedua tangannya ke atas untuk meregangkan tubuhnya. Ia memegang tepian pagar teralis yang ada di hadapannya. Sekali lagi menghirup aroma yang sangat menyegarkan.
Usai menyegarkan pernapasannya, ia pun kembali masuk untuk mandi. Usai mandi, ia merias wajahnya dengan riasan yang sangat natural. Mengenakan midi dress berwarna putih serta sepatu sneakers yang senada. Mengikat rambutnya menjadi satu serta merapikan poni tipisnya. Sebelum ke sini, ia memang ke salon untuk membuat poni, bahkan mewarnai rambutnya menjadi dark brown.
Ya, seperti keinginan Nora saat kelas melukisnya libur, ia pun langsung bertandang ke desa yang pernah menjadi tempat tinggalnya selama beberapa bulan.
Èze, sebuah desa di Alpes Maritimes-département di tenggara Prancis, tidak jauh dari kota Nice. Desa dengan populasi 2.960 jiwa ini merupakan desa abad pertengahan yang berlokasi bertengger seperti sarang elang di puncak berbatu yang sempit yang menghadap ke laut Mediterania.
Meski hanya sebuah desa, tapi setiap tahunnya banyak wisatawan dari berbagai negara yang datang ke desa tersebut.
Setelah selesai bersiap-siap, Nora pun keluar dari kamar hotel. Alih-alih makan di restoran hotel, Nora memilih makan di luar.
Berjalan kaki menyusuri desa tersebut. Seluruh kawasan menyuguhkan jalan setapak yang sempit bersanding tebing curam dan dinding batu tinggi sebagai bahu kanan dan kiri. Desa ini populer dengan ciri khas bangunannya yang dibangun dari batu kapur putih yang disebut La Turbie dan atap rumah-rumah yang terbuat dari keramik orange. Kendati luas areanya sangatlah kecil, namun sama sekali tidak menyurutkan pesona desa ini.
Hingga langkah Nora berhenti di salah satu restoran favoritnya dulu.
Restoran tersebut cukup ramai. Nora memilih duduk di sudut restoran. Ia langsung disambut hangat oleh si pelayan restoran.
Setelah menikmati makanannya, Nora menangkap seseorang yang di kenalnya. Yang merupakan pemilik restoran tersebut. Restoran yang dulunya hanya sebuah kedai kecil. Tentunya waktu selama satu dekade lebih membuat banyak perubahan pada desa ini, salah satunya kedai tersebut yang telah berubah menjadi sebuah restoran.
"Bonjour Madame," sapa Nora membuat wanita berusia senja tersebut mengangkat pandangannya. Dibalik kacamata, mata renta tersebut memicing, mengamati Nora.
"Bonjour," balasnya meski ekspresinya masih bingung.
"Comment allez-vous?"
"Très bien, merci."
Nora tersenyum kecil melihat kebingungan Madame Mathilde. Sosok wanita yang seumuran Papi. Dulunya Madame Mathilde yang selalu membantunya saat tinggal di sini, bahkan ia sesekali membantu wanita tersebut di kedai miliknya. Bahkan Madame Mathilde yang mengajarkannya beberapa kosa kata bahasa prancis.
"Je m'appelle, Annora. Do you remember me, Madame Mathilde?" Barulah Madame Mathilde berseru senang dengan wajah yang sumringah. Berdiri dan memeluk Nora. Nora pun balas memeluk Madem Mathilde yang berujar dalam bahasa Prancis yang Nora tidak mengerti. Lalu Madame Mathilde menangkup wajahnya dan mengamatinya. Lagi-lagi berbahasa Prancis, mengatakan jika Nora terlihat sangat dewasa, bukan lagi seorang gadis kecil yang ditemuinya beberapa tahun lalu.
Mereka pun mengobrol, bertukar kabar dan kesibukan mereka masing-masing. Tentunya dalam bahasa Inggris karena hanya beberapa kata saja bahasa Prancis yang Nora ketahui.
Hanya seminggu lamanya Nora tinggal di hotel. Selebihnya, wanita itu tinggal di rumah Madame Mathilde yang berada di belakang restoran. Bahkan Nora membantu para pekerja di restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
I HATE MEN
ChickLit|OHMYSERIES-5| Apa yang membuatnya membenci sosok pria? Alasannya karena yang terjadi masa lalu. Membuatnya selama bertahun-tahun terus menerus bermimpi buruk. Membuatnya ketakutan setengah mati hingga menimbulkan perasaan takut terhadap lawan jeni...