11 | BEKAS LUKA

5.1K 651 25
                                        

Nora memarkirkan mobilnya di halaman rumah Orion. Kedua keponakannya turun, begitupun dengan dia. Archer membantu Alula mengangkat kanvas besar tersebut ke rumah sebelah, tempat tinggal Alula berada.

Sebelum Nora yang mengangkat kotak karton, Archer sudah berteriak jika biar dia saja. Nora pun menunggu Archer dan tak berapa lama Archer datang,  membawa dus tersebut yang berisi cangkir yang dipesan Megumi.

Rumah yang biasanya ramai itu meski hanya berisi suara pertengkaran si kembar kini sepi. Nora bertanya-tanya ke mana dua bocah itu hingga ia bertemu dengan Megumi yang langsung heboh membuka dus yang Archer angkat tadi.

"Tadi sisa satu lho, Kak. Untung aja aku cepet ke sana," ujar Nora seraya menarik kursi makan dan duduk di sana.

Megumi menatapnya dengan pandangan berbinar. "Padahal gue bilang mau perginya besok biar sekalian kencan sama Orion." Megumi tertawa pelan.

"Mami sama Papi mau kencan, terus si kembar tetap di sini, gitu?" Megumi menatap putranya yang sudah minum.

"Iya dong. Namanya bukan kencan kalau Mami ajak si kembar juga. Bang Ar jagain adik-adiknya dong." Archer hanya mencebikkan bibirnya. Megumi kembali tersenyum geli dan merangkul pundak putranya itu yang tumbuh dengan tinggi. Meski masih SMP, tapi tinggi Archer kini mencapai telinganya. Ia mengecup pipi Archer yang membuat Archer menggerutu pelan.

"Mi, ih. Abang udah gede, gak boleh kecup-kecup lagi." Archer menjauh dengan ekspresi merengut.

"Alah. Kalau ceweknya yang cium kamu mesem-mesem."

"Ya kan beda Mi," ujar Archer acuh tak acuh.

"Belajar dulu kamu baru pacaran!" ujar Megumi galak, anaknya itu langsung melesat pergi dari sana.

"Bang Rion dan si kembar mana?" tanya Nora menarik perhatian Megumi.

"Oh itu, setelah si kembar dilarang ikut dengan kalian tadi, dia jajah Papinya buat diajak jalan-jalan. Orion bawa si kembar ke rumah Papi. Katanya mau naik perahu di danau."

Nora pun pulang ke rumah. Langsung saja membersihkan dirinya.

Saat melewati cermin yang ada di dalam kamar mandi, Nora berhenti. Lalu kembali berdiri di depan cermin yang buram karena berembun, ia pun menyapukan tangannya di permukaan cermin hingga ia bisa melihat jelas pantulan dirinya di sana.

Hanya menggunakan selembar handuk untuk menutupi tubuh telanjangnya. Nora mengamati dirinya. Pandangannya berakhir pada pundak kirinya. Bekas jahitan yang memanjang. Luka yang ia dapat akibat pecahan kaca yang sengaja ia goreskan di sana. Kemudian beralih ke lengan kiri. Sepanjang lengan kirinya pun terdapat bekas luka. Kemudian pergelangan tangan kanannya. Paha kanan bagian dalam yang terdapat bekas luka bakar.

Nora membuka lembar handuknya dan pandangannya fokus ke bekas jahitan yang ada di perutnya, lebih tepatnya di bawah pusar. Dan masih banyak lagi bekas luka yang ada di badannya. Nora segera merapatkan handuk dan keluar dari sana.

Memakai pakaian yang sangat tertutup. Dress panjang dan juga berlengan panjang berwarna lilac. Alasannya selalu memakai pakaian yang panjang untuk menyembunyikan bekas luka yang ada di tubuhnya. Meski telah memudar, tapi tetap saja. Bekas luka bagi seorang perempuan adalah aib. Nora menyesal pernah melakukan hal tersebut di masa lalu. Tapi, mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlanjur terjadi.

Keluar dari kamar. Masuk ke ruang makan. Membuka kulkas dan melihat ada jus alpukat. Meraih teko jus tersebut, mengeluarkannya dari kulkas. Meraih gelas kaca dan menuangnya, tidak lupa menambahkan susu cokelat.

Pandangan Nora naik saat menyadari kehadiran Orion. Ia menyunggingkan senyum tipis.

Orion yang sedang mengeringkan rambutnya yang basah, menghampiri Nora dan meraih gelas berisi jus alpukat.

"Itu punyaku, Bang." Meski Nora menggerutu, tapi adiknya itu tetap mengambil gelas lain. Orion hanya tertawa dan meneguk habis jus tersebut.

"Si kembar mana?" tanya Nora, memilih duduk di stool bar. Orion sendiri masih berdiri, pria itu menambah jus alpukat dan mencampurnya dengan susu cokelat. Mulai mengaduk seraya menjawab pertanyaan Nora.

"Dimandiin Mami."

"Kata Kak Gumi, kalian mau naik perharu di danau. Kok Abang kayak abis berenang?" Nora mengamati kakaknya yang sepertinya baru saja berganti pakaian dan rambutnya yang basah.

"Ken terjung dari perahu."

"Astaga anak itu." Nora hanya mampu menggeleng pelan. Orion sendiri hanya tertawa pelan, sudah biasa dengan tingkah anaknya yang nakal.

"Tadi Archer beli apa aja pas ikut kamu?" Orion duduk di sebelah Nora, sesekali menyesap jusnya.

"Gak ada. Cuma makan aja tadi. Bang Rion tenang aja, walaupun Archer minta dibeliin barang yang mahal, aku bisa kok beliin dia."

Orion tersenyum geli, ia mengusap puncak kepala adiknya itu.

"Abang ih, jangan berantakin rambutku." Keluh Nora seraya merapikan rambutnya.

Orion mengetuk-ketukkan jari di tepi meja, diam mengamati Nora. "Em ... tadi Abang ngobrol sama Papi ..."

Nora kembali menatap Orion yang menggantung ucapannya.

Orion mengukir senyum tipis sebelum berujar, "Kata Papi, kamu pulang dianterin Mas Kala ..."

"Astaga Papi." Nora menyela Orion, mengerang pelan dan menggeleng. "Jangan dengerin Papi, Bang. Waktu itu aku keluar bareng Mauri, terus gak sengaja ketemu Mas Kala. Ada Kalee juga kok waktu itu. Karena waktu itu kami cuma dianterin supirnya Mauri, makanya Mauri pulang bareng Kalee karena mereka kan satu perumahan, terus Mas Kala anterin aku karena kami searah."

Orion tertawa geli membuat Nora cemberut.

"Papi jelasin itu kok, Dek. Kok kamu kayak panik gitu?" Mata Orion memicing. "Gak ada apa-apa, kan?"

"Maksudnya?"

Orion menegkkan punggungnya. Mengubah posisi duduknya menghadap ke arah Nora yang masih menghadap ke arah meja.

"Abang seneng kalau sekarang kamu jauh lebih baik."

"Belum kok," ujar Nora pelan.

"Waktu kamu satu mobil sama Mas Kala, gimana?"

Nora menegakkan kepala. "Y-ya gak gimana-gimana. Lagian aku kan udah kenal Mas Kala dari lama, Bang."

"Tapi kalian gak akrab, kan?"

Nora diam dan memilih meneguk jusnya.

"Mas Kala sibuk gak, ya? Udah lama sih gak ngobrol sama dia." Nora menegakkan kepala menatap Orion yang fokus ke ponselnya. Kakaknya itu bergumam, tapi ia masih mendengarnya.

"Bang Rion mau ngobrol apa sama Mas Kala?!" tanya Nora, meski berusaha terlihat tenang, tapi nada bicaranya terdengar panik. Orion menarik perhatiannya dari ponsel, menatap adiknya seraya mengangkat satu alisnya.

"Ya ngobrol apapun. Pembahasan laki-laki dong. Masa topiknya tentang make up?" tanya Orion jahil dan tersenyum geli. Nora yang kepalang malu segera berlari meninggalkan kakaknya itu sebelum Orion menggodanya habis-habisan.

Nora akhirnya tau dari mana sikap jahil si kembar berasal.

_____________________

Jul 31 2022

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang