45 | DICULIK

3.6K 547 43
                                    

Patra menatap dalam diam Nora yang tertidur. Wajah wanita itu sembab, sudah pasti sebelum jatuh tertidur menangis. Tangannya terulur ke arah wajah Nora. Hendak menyentuh pipinya, tapi ia segera menarik tangannya.

Segera berdiri lalu keluar dari kamar tersebut. Menuruni tangga kayu.

Tiba di dapur, menemukan Jihan yang menyusun bahan makanan di kulkas. Wanita itu menoleh sekilas menatapnya kemudian kembali fokus pada kegiatannya.

Patra ke sisi kiri dapur tersebut. Menggeser pintu kacanya hingga udara sejuk langsung ia hirup. Tempat tersebut begitu sunyi. Hanya ada beberapa suara hewan yang berasal dari sekitar yang di tumbuhi hanyak pepohonan.

Bisa dibilang, rumah tersebut berada di tengah-tengah hutan, jauh dari perkotaan dan tentunya jarang orang yang tau tempat tersebut.

Patra mengeluarkan rokok dan membakarnya, mulai menikmatinya. Menghembuskan asapnya dengan nikmat.

"Nora masih tidur?" tanya Jihan, Patra hanya berdehem tanpa mengalihkan tatapannya. Mengamati halaman samping rumah tersebut. Sepertinya halaman tersebut bisa dijadikan area kolam renang agar Nora tak bosan tinggal di sini. "Kenapa rencana lo tiba-tiba berubah? Bukannya lo mau Nora sendiri yang ngomong ke keluarganya kalau dia milih lo. Kalau kayak gini kesannya lo nyulik Nora."

Patra menolehkan kepala, menatap Jihan yang berdiri di depan kulkas. Ia menghisap dalam rokoknya seraya memutar tubuhnya dan mulai melangkah mendekat Jihan.

Tubuh Jihan menegang saat Patra mencekik lehernya dan menghantam punggungnya di kulkas membuatnya mengerang.

Patra menghembuskan asap rokoknya tepat di hadapan wajah Jihan membuat Jihan terbatuk-batuk, apalagi Patra menekan lehernya.

Jihan meronta, tapi tentunya Patra tak membiarkannya lolos begitu saja. "Lo gak usah banyak bicara. Apalagi mencoba menggurui gue!" desis Patra tajam lalu melepaskan Jihan. Jihan semakin terbatuk, ia menghirup oksigen sebanyak-banyak mungkin. Kedua kakinya lunglai hingga ia duduk bersimpuh di lantai.

Jihan mendongak, matanya memerah dan berkaca-kaca menatap Patra yang menatapnya tajam. Masih berusaha mengatur nafasnya.

Kedua tangan Jihan terkepal kuat, giginya bergemeletuk menatap tajam Patra.

Tentunya rencana awalnya seperti itu. Membuat Nora sendiri yang datang sendiri padanya. Tapi, Kalandra sialan itu benar-benar tak bisa disingkirkan. Membuatnya mengambil keputusan ini.

"Mending lo pergi, Na. Datang ke sini kalau gue nelpon lo." Jihan akhirnya berdiri. Patra acuh tak acuh. Membuka kulkas dan meraih bir kaleng. Membukanya dan kembali menatap Jihan yang masih menatapnya. "Sana pergi," usirnya seraya mengendikkan kepala ke arah pintu lalu menegur bir tersebut.

Jihan pun berlalu pergi.

Tak berapa lama sosok Nora turun dari tangga. Patra diam mengamati wanita itu yang masih menggunakan dress piyama berbahan satin. Tapi kini dilapisi oleh sweater rajut.

"Morning," sapa Patra. Ekspresi kesalnya berubah saat melihat Nora.

Nora tidak membalas sapaannya. Wanita itu mengamati sekitar. Lalu kembali menatapnya.

"Kamu lapar? Mau makan apa?" Patra pun mulai membuka satu per satu lemari kabinet. Ah seharusnya tadi ia menyuruh Jihan membuat sarapan untuk Nora. Baik dirinya, maupun Nora tak pandai memasak.

Beralih membuka kulkas dan melihat beberapa wadah makanan di dalam sana. Ia pun meraih salah satu wadah yang berisi salad sayur.

"Kamu mau salad sayur?" Patra menutup pintu kulkas. Menaruh wadah tersebut di atas meja pantry dan kembali sibuk mencari saus mayones. "Atau mau makan yang lain?"

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang