49 | MAU BAHAGIA

5.1K 601 147
                                    

Lonceng berdenting, seorang penjaga toko bunga mengangkat pandangannya dan menatap si pelanggan. Seorang wanita yang mengenakan dress berwarna putih berlengan panjang. Rambut pendeknya bergerak pelan saat kepalanya menoleh ke arah pintu untuk menutupnya.

Ia tersenyum ramah menyambut pelanggannya itu yang membalasnya dengan senyum lembut.

"Siang Kak! Kakak butuh bunga apa?" sapanya ramah.

Meski penampilan wanita itu terlihat elegan dan kalem, tapi ia bisa menangkap sorot matanya yang kosong. Apalagi saat mendengar balasan wanita itu yang menginginkan sebuah bunga krisan.

Si penjaga toko bunga pun mengangguk dan menyuruh wanita itu menunggu. Segera ia menyiapkan bunga yang diinginkan pelanggan. Sesekali melihat si pelanggan yang mengamati bunga anyelir dengan tatapan kosong.

Karena ingin memecah keheningan, si penjaga toko mulai bersuara, tentunya dengan tangannya yang lihai memilah bunga krisan.

"Bunga anyelir punya makna yang bagus lho Kak. Setiap warnanya punya makna tersendiri." Mencoba untuk menghibur karena sepertinya si pelanggan baru saja kehilangan. "Kakak tau artinya, gak?"

Ia melirik si pelanggan itu yang menatapnya.

"Saya tau." Wanita itu kembali menatap ke arah sekumpulan bunga anyelir. "Seseorang pernah memberi." Lalu terdiam, terpekur. Si penjaga toko bunga sampai mengangkat pandangannya menatap wanita tersebut yang kini tersenyum dalam lamunannya. Jenis senyum miris. "Tapi saya menolaknya."

Sepertinya si penjaga toko bunga itu salah bicara. Ia menggigit bibirnya pelan. Ia pun memutuskan untuk diam. Membiarkan si pelanggan termenung.

Hingga si pelanggan itu kembali bicara. Mengungkapkan, menginginkan bunga anyelir. Berwarna putih, merah muda dan merah tua. Ditaruh ke dalam sebuah keranjang berukuran sedang.

Si pelanggan segera keluar, masing-masing tangannya membawa bunga. Bunga krisan yang berjumlah dua belas, diikat menjadi satu. Sementara di tangan lainnya terdapat keranjang bunga anyelir tiga warna.

Membuka pintu mobil yang membawanya tadi. Menaruh bunga krisan tersebut di kursi penumpang belakang. Tatapannya bertemu dengan si pengemudi yang menatapnya heran. Mungkin heran karena ia membeli bunga anyelir.

Ia hanya diam dan kembali menutup pintu. Membuka pintu depan dan naik.

Menoleh saat si pengemudi menarik sabuk pengaman lalu memasangkan padanya.

"Udah siap?" tanya si pengemudi, tapi wanita itu hanya diam seraya menatap keranjang bunga di pangkuannya. "Nora." Barulah Nora tersentak.

"Kenapa Bang?"

"Enggak pa-pa. Kamu jangan melamun." Setelahnya mobil mulai melaju.

Nora berusaha tetap fokus, menahan dirinya untuk tidak melamun. Tangannya yang memegang keranjang bunga, meremas pelan. Ia juga berusaha diri untuk tidak menangis.

Tidak berapa lama mereka tiba di sebuah tempat pemakaman.

Nora melepas sabuk pengamannya. Menoleh menatap pria yang mengantarnya tersebut yang ekspresinya datar. Bibirnya bergetar, karena merasa takut untuk bicara.

"A-aku cuma mampir sebentar kok."

"Walau kamu cuma ngelirik makamnya, aku tetep gak sudi," ujar pria itu dingin.

"Bang ..."

"Sana kamu pergi. Gak usah lama!" Nora pun merapatkan bibirnya. Ia menoleh ke arah jendela. Sama sekali tubuhnya tak bergerak untuk turun. Seluruh tubuhnya bergetar pelan saat kilasan memori terlintas di benaknya membuatnya tak bisa menahan tangis.

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang