07 | HANGOUT

5.2K 702 63
                                    

Mobil BMW X4 membawa Nora dan Mauri menuju ke salah satu mall terbesar. Bukan Mauri yang menyetir, tapi supir wanita itu. Kata Mauri, karena tak ingin lelah menyetir apalagi sekarang sore di hari Jum'at, waktu genting orang-orang berkendara, baik yang pulang kantor, keluar jalan-jalan ataupun yang memiliki urusan lain.

Seperti biasa jika Nora keluar bersama Mauri, maka Mauri yang akan mengatur apa-apa saja yang akan mereka lakukan dulu. Dengan semangat yang meletup-letup khas Mauri dengan suaranya yang cempreng meluapkan keinginannya, mulai dari masuk ke store produk kecantikan, kemudian ke toko pakaian, tas bahkan sampai sepatu. Tipikal seorang perempuan, yakni memburu diskon.

Tapi ujung-ujungnya hal yang mereka lakukan pertama kali adalah memasuki restoran cina. Gambar makanan khas negara tersebut menggugah selera Mauri saat melewatinya.

"Katanya mau berburu skincare dulu?" sindir Nora membuat Mauri menyengir.

"Gara-gara ngomong terus bikin aku lapar, Kak."

Nora tak memesan banyak menu, hanya satu. Tidak seperti wanita di hadapannya. Memesan tiga menu yang membuatnya bersuara. "Lo makan itu semua?"

"Iya Kak. Aku mau gemuk. Capek tau diledekin Mas Abang mulu, pendek, kerempeng. Ih pokoknya nyebelin banget!" gerutu Mauri lalu memasukkan dimsum ke dalam mulutnya menggunakan sumpit. Seketika berhenti mengomel karena kini sibuk memuji betapa lezatnya makanan yang ia santap.

Nora pun kembali fokus menyantap makananya.

"Kak!" pekik Mauri tertahan membuat Nora menegakkan pandangan. Mata sipit wanita itu melotot, tapi hanya sebentar lalu menggelengkan kepala. "Gak jadi."

"Kenapa?"

Mauri berdecak pelan, tanpa menatap Nora. "Aku lihat cowok ganteng. Tapi pastinya Kak Nora gak tertarik."

Karena Mauri mendadak diam membuat Nora akhirnya merespon. "Yang mana sih?" menengok ke belakang.

"Tuh yang brewokan," suara Mauri dipelankan. Nora kelihat pria itu sejenak lalu kembali menatap Mauri yang kini senyum-senyum.

"Lo gak punya pacar?"

"Udah putus." Mauri cemberut.

"Lho kenapa putus? Dia selingkuh?"

Mauri menggeleng. "Biasalah Kak. Daddy tuh gak pernah mau anaknya punya pacar. Giliran aku bawain yang perfect, malah dia bilang mukanya mesum. Gila gak tuh!" Mauri menjerit di akhir kalimatnya. "Kayaknya aku harus bawa cowok yang lempeng kayak Daddy deh biar dia setuju! Padahal Kak Sharma yang harusnya Daddy protes, terus Kak Lea yang slengekan gitu gak diprotes Daddy sama sekali!"

"Ya kan beda. Lo tuh anak cewek. Apalagi bungsu dan satu-satunya. I feel you. Walaupun gue bukan anak cewek satu-satunya, tapi sampai sekarang Papi overprotektif, padahal gue cuma tinggal di rumah lho. Kalau gue mau keluar terus bareng Kalee, Papi langsung lebay, kayak baru kenal Kalee aja padahal dari kecil kami temenan."

Sesama anak bungsu mereka pun saling curhat. Suka duka menjadi anak terakhir. Ada enaknya, tentunya tidak enak.

Disela mereka makan, mereka mendengar obrolan orang yang baru saja duduk di bangku sebelah mereka. Membicarakan tentang film yang baru mereka tonton, film baru yang tayang seminggu ini di bioskop. Mauri langsung tertarik dan Nora hanya mengangguk. Mereka pun lupa tujuan awal mereka untuk masuk ke store yang menjual produk kecantikan. Apalagi mereka sudah lama tidak pernah menonton film berdua. Biasanya mereka pergi bertiga, bersama Sharma. Tapi sejak wanita itu menikah dengan Regan beberapa bulan terakhir ini, waktu bebas Sharma tidak ada lagi. Regan benar-benar posesif, mengurung Sharma di rumah saja.

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang