Hari pertama mengajar para muridnya melukis, tidak terlalu merepotkan. Mungkin karena hari ini adalah murid yang berusia sepuluh hingga dua belas tahun. Mereka cukup tenang dan tak rewel, mendengarkan apapun yang Nora ucapkan.
Memang, membagi jadwal di hari Senin dan Rabu murid yang masuk berada di usia sepuluh sampai dua belas tahun. Kemudian di hari Selasa dan Kamis, murid yang berada di usia enam dan sembilan tahun.
"Thank you Miss!" seru para murid usai menaruh peralatan melukis mereka ke loker masing-masing yang sudah tertempel nama mereka.
"You're welcome." Nora tersenyum senang. Ia tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Membagi ilmu melukisnya pada anak-anak yang memiliki rasa penasaran yang tinggi serta bakat yang ingin di asah.
Nora berdiri di depan pintu, melambaikan tangan pada para muridnya yang di jemput oleh orang tua ataupun kerabat mereka.
Ada satu yang berlari ke arahnya. Namanya Milana. Wajahnya terlihat sangat imut dengan rambut yang dikepang dua.
"Miss Nora!" serunya dengan suara cempreng khas anak kecil. Gadis berusia sepuluh tahun itu mengulurkan sebuah cokelat yang diikat pita. "Ini buat Miss."
"Kok ngasih Miss?" tanya Nora dengan kening mengkerut, tapi tetap mengukir senyum lembut.
Milana menengok ke belakang, tepatnya ke arah mobil yang dinaikinya tadi kemudian kembali menatap Nora.
"Ya soalnya buat Miss Nora!" Akhirnya Nora pun menerima cokelat tersebut, berterima kasih pada Milana yang langsung pamit pergi berlari.
Nora kembali masuk usai para muridnya pulang semuanya.
Tidak semuanya, karena salah satunya masih ada di dalam.
Alula yang sibuk merapikan bangku-bangku. Keponakannya itu menunggu sang ayah menjemputnya.
"Siapa yang ngasih Aunty?" tanya Alula saat melihat coklat di tangannya.
"Milana. Kamu mau?"
"Bagi dua, Aunty." Alula mengambil coklat tersebut. Membuka plastiknya dan memotongnya menjadi dua bagian, memberikannya bagian lain pada Nora.
"Ayahmu baru jemput setelah setengah tujuh, ya?" Alula mengangguk seraya memakan coklatnya.
"Aunty kenapa sih? Lagi nungguin owang ya?" tanya Alula karena melihat Nora yang sesekali melihat ke arah luar. Nora hanya tersenyun lembut dan meminta bantuan pada Alula agar membantunya menutup pintu besi.
"Bagusnya di depan situ dibikin taman, Aunty. Tewus nanti kita bisa melukis di sana. Di alam bebas," ujar Alula menunjuk tempat di depan rumah tersebut. Halaman rumah di area depan cukup luas, karena area samping sudah dibangun sebuah carport.
"Hm. Bagus juga ide kamu. Nanti deh Aunty bicara sama Kakek." Nora pun mengajak Alula masuk, naik ke lantai dua. Sementara Alula duduk menonton di TV, Nora masuk ke kamar untuk membersihkan dirinya.
"Aunty!" seruan Alula membuat Nora menoleh, menatap Alula yang membuka pintu kamarnya.
"Kenapa?"
"Tuh ada pacawnya Aunty hihi! Aunty punya pacaw ya?" goda Alula membuat Nora segera beranjak.
"Aunty gak punya pacar!" desis Nora gemas. Ia mengacak rambut Alula lalu berjalan lebih dulu, sementara Alula mengekor di belakang. Bisa melihat sosok Kalee yang duduk di sofa. Pria itu berdiri, wajahnya dihiasi senyum lebar seperti biasa.
"Hei, gimana ngajarnya di hari pertama."
"Em ... menyenangkan. Seru."
"Eh gue bawain lo donat," ujar Kalee seraya menunjuk ke arah meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
I HATE MEN
ChickLit|OHMYSERIES-5| Apa yang membuatnya membenci sosok pria? Alasannya karena yang terjadi masa lalu. Membuatnya selama bertahun-tahun terus menerus bermimpi buruk. Membuatnya ketakutan setengah mati hingga menimbulkan perasaan takut terhadap lawan jeni...