Nora mulai mengusapkan kuasnya ke permukaan kanvas setelah mencelupkannya pada cat air berwarna merah. Gerakan tangannya berhenti sejenak. Kemudian ia menggerakkannya, kali ini tanpa sentuhan lembut. Menggerakkannya dengan kasar hingga gambar yang tadinya terlihat indah kini berubah menjadi buruk.
Nora tak peduli jika bajunya kotor. Bahkan kini tak lagi menggunakan kuas, melainkan kedua tangannya. Mulai memukul kanvas di hadapannya hingga kanvas itu jatuh dari bingkainya. Ia berdiri lalu menginjak-injak kanvas tersebut.
"Nora, kamu ngapain?"
Nafas Nora tersengal, ia menegakkan pandangannya menatap Patra yang masuk ke kamarnya. Pria itu membawa nampan berisi cemilan, menatapnya heran.
Patra menyimpan nampan tersebut di atas meja rias. Mengamati kamar Nora. Di lantai banyak berceceran cat air. Dua kanvas tergeletak di lantai dipenuhi cat air berwarna-warni yang tak karuan. Kemudian kanvas yang berada di bawah kaki Nora. Bahkan pakaian Nora penuh dengan cat air. Tangan serta kakinya juga.
Di wajah Nora pun terdapat beberapa percikan cat air berwarna merah dan kuning.
"Kamu bersihin badanmu. Biar aku yang beresin ini."
Nora bergeming, menatapnya lurus.
"Nora!" panggilnya tegas. Wanita itu pun berlalu keluar dari kamar. Memilih kamar lain untuk membersihkan dirinya.
Sementara Patra menghela nafas kasar. Mulai membersihkan kamar Nora. Sepertinya Nora berbuat seenaknya karena semenjak di sini, sikapnya terlalu melunak. Tentunya Patra menahan diri untuk tidak marah agar Nora tak takut padanya. Berhenti menangis karena ketakutan.
Namun, selama beberapa hari terakhir, ia tak lagi mendengar suara Nora. Jika ia mengajak wanita itu bicara, Nora hanya diam. Dan tidak lagi bertanya kapan ia membawa wanita itu pulang.
Mungkin Nora betah tinggal di sini.
Patra tersenyum kecil. Ia meraih tiga kanvas yang gambarnya tak karuan. Meski seperti itu, ia tetap akan menyimpannya.
Patra menyiapkan peralatan melukis baru untuk Nora. Bahkan mempersiapkan kursi kayu serta meja di halaman samping. Menaruh cemilan dan minuman di atas meja tersebut.
Patra menyuruh Nora untuk melukis di luar saja. Mungkin jika di dalam kamar, Nora tak mendatpakan inspirasi. Makanya Nora melukis sembarangan.
"Kamu bisa melukis pemandangan sekitar," ujar pria itu.
Nora hanya diam menatap kanvas putih di hadapannya.
Patra mengamati wanita itu lalu menghela nafas pelan. Ia pun masuk ke dalam rumah untuk mengambil kursi lalu duduk di hadapan Nora dengan posisi yang cukup berjarak. "Kamu bisa lukis orang?" Patra menyunggingkan senyuman.
Nora hanya diam menatapnya, tapi tangan wanita itu bergerak, meraih sebuah pensil lalu mulai menggerakkannya di atas kanvas. Patra pun diam duduk. Sepertinya Nora mulai melukisnya.
Beberapa saat kemudian Nora berhenti, lalu berdiri begitu saja meninggalkan Patra yang kebingungan.
Patra pun berdiri untuk melihat hasil gambarnya. Matanya memicing melihat gambar tersebut.
Rahangnya menegang, kedua tangannya terkepal kuat. Ia menendang kanvas tersebut hingga jatuh lalu menginjak kanvas tersebut hingga rusak.
Sepertinya Nora benar-benar menguji kesabarannya. Segera ia berjalan dengan amarah yang melingkupi dadanya.
Saat hendak naik ke lantai dua, ia bertemu Jihan yang baru tiba.
Jihan menatap Patra yang terlihat marah. Apalagi yang Nora lakukan hingga pria itu marah? Segera ia menahan lengan Patra. Tapi, Patra segera menepisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I HATE MEN
ספרות לנערות|OHMYSERIES-5| Apa yang membuatnya membenci sosok pria? Alasannya karena yang terjadi masa lalu. Membuatnya selama bertahun-tahun terus menerus bermimpi buruk. Membuatnya ketakutan setengah mati hingga menimbulkan perasaan takut terhadap lawan jeni...