25 | SALAH PAHAM

4.6K 706 110
                                        

"Lo bener-bener ya! Udah tua masih aja hamilin si Nadine!" Azhar menoyor kepala Nadim yang langsung berdecak.

"Emang salah? Kalau gue hamilin si Atika, baru salah bego!" Sekali lagi Azhar menoyor kepala Nadim karena membawa-bawa nama istrinya.

"Ayah emang gak inget umur, Om. Harusnya aku yang ngasih cucu. Eh malah Ayah dan Bunda yang ngasih adik," sahut Naresh. Di usianya yang telah dua puluh tahun dan akan segera memiliki adik lagi. Padahal ia telah memiliki tiga adik.

"Soalnya Ayah udah punya tiga anak cewek, kamu cuma sendiri cowok. Jadinya Ayah bikinin kamu adik cowok."

"Bilang aja keblablasan!" Teman-teman Ayahnya tergelak, tentunya kecuali teman Ayahnya yang lempeng. Bahkan aura pria itu berkali-kali lipat lebih dingin membuat Naresh tak ingin mengajak bercanda ataupun meminta uang jajan.

Anak kedua Azhar yang berusia lima tahun, terjatuh karena berlari. Kalandra yang paling dekat dengan posisi Yuna pun mengangkat gadis kecil itu dan menggendongnya. Tak ada kata penenang, wajahnya tetap saja datar. Melangkah mendekat ke arah Azhar dan memberikan Yuna pada ayahnya tersebut.

"Makanya jangan lari-lari, Nak," Azhar menenangkan anaknya.

"Pah, kenapa Adek nangis?!" seru Atika galak yang berada di ambang pintu belakang rumah tersebut. Memang, para lelaki berada di halaman rumah Nadim dan Nadine. Dalam rangka perayaan kehamilan Nadine anak kelima, makanya mereka mengundang para sahabat. Nadim yang mengundang sahabatnya sejak SMA itu, begitupun Nadine.

"Jatuh Mah. Nih udah ditenangin. Gak usah melotot gitu," ujar Azhar memelas seraya menimang-nimang Yuna.

"Makanya anaknya diawasin, bukannya ngebacot sambil ngomong jorok!"

"Tuh si Nadim yang ngomong jorok!"

"Apaan lo?!" Nadim berseru tak terima. Kalau saja tak ada Yuna dalam gendongan Azhar, sudah pasti ia menempeleng temannya itu.

Ketika Atika kembali masuk ke rumah, Leon segera menyahut. "Kan, apa gue bilang. Punya istri tuh ngerepotin."

"Yee~, iri aja lo. Makanya jangan jadi tukang kawin. Lo lihat gue, walaupun udah puluhan tahun nikah ama Nadine, gue sama sekali gak pernah ngerasa direpotin," sahut Nadim bangga. "Bahkan Nadine hamil lagi. Pasti lo tambah iri, kan? Umur udah mau kepala empat, tapi belum punya anak," sambung Nadim terpingkal melihat ekspresi masam Leon.

"Wah, gue juga kepengen nambah anak nih," ujar Azhar lalu menatap Yuna yang ada di pangkuannya. "Dek, mau punya adik, gak?"

"Gak mau!"

"Gak direstuin lo, bro!" ejek Nadim membuat Azhar menecebik kesal.

Segera Nadim beralih pada Kalandra yang seperti biasa sunyi senyap.

"Kalau lo, Kal. Lo gak kepikiran buat punya anak?"

"Mana bisa punya anak bego. Punya istri aja gak ada!" ujar Kalandra sinis membuat teman-temannya tertawa.

"Ya makanya lo cepetan nikahin cewek lo!" seru Azhar membuat Kalandra mendelik. Saat Yuna tak ada lagi di sekitar mereka, pria itu pun mengeluarkan rokoknya dan menghisapnya.

"Wah iya nih. Gue hampir lupa. Lo kok gak ajakin cewek lo ke sini sih? Kenalan lah sama kita-kita," sahut Leon.

"Yang ada entar lo modusin, kampret!" ujar Nadim.

"Gue gak punya cewek!" ujar Kalandra usai menghembuskan asap rokoknya membuat atensi para temannya tertuju padanya.

"Ah masa?" Nadim menatap tidak percaya Kalandra. "Menurut laporan Naresh dan Nayla, kalau cewek lo tuh ke rumah lo. Anak-anak gue gak pernah bohong, karena gue mengajarkan kejujuran pada mereka," sambung Nadim dengan kalimat bijaksananya.

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang