26 | BUNGA LAVENDER

3.6K 609 58
                                    

Nora menekan flush usai muntah. Lalu berdiri di hadapan westafel. Membasuh wajahnya, juga berkumur-kumur. Kemudian menegakkan punggungnya. Menatap dirinya pada pantulan cermin. Kedua tangannya yang berada di tepi meja westafel segera ia kepal agar berhenti bergetar. Ia mulai mengatur nafasnya.

Tersentak saat pintu kamar mandinya di ketuk dan suara Mami terdengar. Ia pun membuka pintu tersebut.

"Nak, are you okay?" Ekspresi wajah Mami langsung berubah, menatapnya dengan cemas.

Apa sangat kentara jika dirinya tidak baik-baik saja?

"Anxiety-ku kambuh, Mi," ujar Nora. Tubuhnya sangat lemas membuat Mami segera menuntunnya ke arah ranjang. Mami pun segera menelpon salah satu ART agar membawakan air minum dan teh hangat untuk Nora. Lalu duduk di sebelah Nora usai mengambil kotak tisu. Mengelap bulir-bulir air di wajah Nora.

Nora pun tak bisa melakukan apapun agar menutupi kondisinya terhadap Mami. Karena meski ia berbohong, Mami tau.

"Kok bisa kambuh? Kamu pikirin apa, Nak? Atau semenjak jadi guru melukis kamu kecapean, ya?" Mami mulai merapikan rambutnya yang kusut. Bahkan Mami kembali berdiri untuk mengambil sisir dan merapikan rambutnya.

"Aku bikin dia kecewa, Mi," ujar Nora pelan dengan pandangan kosong tertuju pada bunga lavender yang di tanam di pot kecil, berada di meja nakas sebelah ranjang. Gerakan tangan Mami yang menyisir rambut Nora berhenti dan kembali duduk di sebelah Nora.

"Adek ..."

"Aku gak bermaksud manfaatin dia. Aku ... aku sama sekali gak ada maksud seperti itu." Suara Nora semakin mencicit. Mami pun menenangkan Nora yang meracau. Tak bertanya apapun, siapa yang Nora buat kecewa hingga orang itu marah dan membuat anxiety Nora kambuh.

Segera Mami pun menghubungi Dokter Amanda, menyuruh datang ke rumah. Mami terlalu cemas jika terjadi hal yang tak diinginkan pada Nora.

Untung saja Papi tak ada di rumah, jadi Papi tak perlu merasa cemas dengan kondisi Nora ataupun bertanya-tanya kenapa anxiety Nora sampai kambuh.

Kurang lebih empat puluh lima menit Amanda berada di kamar Nora, wanita itu keluar dan bicara dengan Mami. Mengatakan jika Nora baik-baik saja dan perlu waktu istirahat yang cukup.

"Nora sedang dekat dengan seseorang dan terjadi kesalahpahaman di antara mereka," jelas Amanda.

Kening Mami mengkerut. "Seseorang?"

"Seorang pria. Ibu Kirana tau kan kalau Nora mencoba mengatasi traumanya terhadap laki-laki dan dia berhasil. Kondisi Nora saat ini sangat membaik. Adapun anxiety-nya kambuh, Ibu gak perlu terlalu cemas. Itu gak bahaya sama sekali."

Kirana pun mengangguk, meski merasa penasaran dengan sosok yang dekat dengan putrinya.

Selepas Amanda pergi, Kirana ke dapur. Memasak makanan favorit Nora dengan pikiran yang menduga-duga siapa sosok yang dekat dengan Nora.

Mami membawa makanan ke kamar Nora. Putrinya itu telah bangun dan mandi. Penampilannya terlihat segar, bahkan kini tersenyum tipis.

"Aku gak sakit lho, Mi," protes Nora karena dibawakan makanan ke kamarnya. Mami hanya menggeleng dan mengatur makanan di atas meja yang tersedia di kamar tersebut.

"Mami masakin ayam lodho buat kamu. Udah lama kan kamu gak makan ayam lodho?" ujar Mami seceria mungkin agar suasana Nora ikut membaik, tapi saat melihat Nora menatap lurus ayam lodho di hadapannya membuat senyum Mami luntur. "Kenapa, Nak?"

Nora tersentak dan menoleh menatap Mami yang terlihat cemas. Karena tak ingin membuat Mami cemas, Nora pun menyunggingkan senyum tipis seraya menggeleng. Mulai memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang