30 | ANNORA

4.1K 665 77
                                    

Nora mendelik pada Aurora yang menatapnya sedari tadi dengan pandangan menggoda. Mereka saat ini sama-sama mengambil makanan untuk sarapan bersama di restoran hotel.

Tanpa bertanya, Nora sudah tau arti tatapan Aurora. Sudah pasti karena kehadira  Kalandra di tengah-tengah liburan mereka.

"Kak Rora kok gak ngasih tau aku kalau Mas Kala mau nyusul ke sini?" tanya Nora pelan. Aurora meliriknya sekilas lalu fokus mengambil tiga buah gibassier, makanan khas negara tersebut.

"Aku pun gak tau apa-apa." Aurora melemparkan senyum polos.

"Kak Rora jangan bohong deh." Nora mencebikkan bibirnya. Memepet kakaknya itu terus menerus. Tidak lagi mengambil sarapan yang ia inginkan karena ingin menuntas rasa penasaran. Meski semalam Kalandra telah menjelaskan, tapi Nora butuh penjelasan dari kakaknya juga.

Aurora terkikik, sekali lagi melirik adiknya. "Sebenarnya Mas Kala hubungin Ardan, terus Ardan ngasih tau aku."

"Gitu doang?"

"Makanya aku ajak kamu liburan ke sini, Dek. Mas Kala ngelarang aku maupun Ardan ngomong kalau dia mau nyusul. Katanya mau ngasih kamu surprise gitu." Lagi-lagi Aurora tertawa menggoda. "Aku gak nyangka lho kalau Mas Kala itu punya sisi romantis. Padahal kan dia galak. Mukanya nyeremin dan gak pernah senyum."

Nora mengulum bibir untuk menahan senyum mendengar perkataan menilai Aurora tentang Kalandra.

"Kak Rora kelihatan gak kaget lihat aku sama Mas Kala?"

"Udah tau dari lama." Aurora mengedipkan matanya sebelah.

"Hah?" Nora melongo. Padahal yang tau kedekatannya dengan Kalandra hanya Amanda dan Jihan. Mungkin saja saat ini Kalee, mengingat perkataan Kalandra semalam.

"Tuh Alula ngasih tau aku. Waktu itu dia ngomong. 'Bunda, tewnyata pacawnya Aunty Nowa bukan Uncle Kalee, tapi Om Kala'," ujar Aurora, mengikuti cara bicara Alula diiringi tawa pelan.

Nora hanya mampu menghela nafas kasar. Sudah ia duga jika gadis kecil itu yang membeberkannya.

"Kak Rora jangan ngasih tau Papi, ya?" pinta Nora memelas. "Mami juga."

"Lho kenapa?"

"Aku ..." Nora diam sejenak. Lalu menggeleng. "Pokoknya jangan kasih tau! Bang Rion juga, sama Kak Gumi!" ujar Nora penuh penakanan.

"Iya, iya," ujar Aurora geli.

"Kak Rora ih!"

"Iya Dek. Kamu tenang aja." Aurora melakukan gerakan mengunci mulut.

Mereka pun kembali ke bangku, dimana sudah ada Ardan dan juga kedua anak Aurora.

Baru saja Nora mendaratkan bokongnya di kursi, tatapannya sudah menangkap sosok Kalandra. Pria itu mengenakan pakaian santai. Hanya celana pendek di atas lutut dan juga baju kaos berwarna abu-abu.

Pria itu juga menatapnya dan melangkah menghampirinya.

"Hai Mas Kala!" sapa Aurora ceria sesaat Kalandra berdiri di dekat bangku mereka. Seperti biasa pria itu hanya mengangguk, tapi kali ini tersenyum singkat membuat Aurora tercengang.

Sejak usia lima belas tahun mengenal Kalandra, baru kali ini pria itu tersenyum padanya.

Tidak lupa juga Kalandra menyapa Ardan kemudian meminta izin untuk bergabung bersama mereka. Pasangan suami istri tersebut kompak mengiyakan. Jadinya, Kalandra duduk di sebelah Nora setelah Alula pindah duduk.

"Dek, ambilin Mas Kala makanan dong. Jangan bengong aja," ujar Aurora membuat Nora terkesiap. Nora salah tingkah dan segera berdiri, tapi kemudian kembali untuk bertanya Kalandra ingin makan apa.

Melihat tingkah adiknya membuat Aurora tertawa pelan.

Ardan segera menyikut Aurora agar berhenti menggoda Nora. "Dulu kamu juga kayak gitu," ujar Ardan pelan.

"Aku gimana?" tanya Aurora.

"Malu-malu kalau ketemu sama aku."

Kedua bola mata Aurora bergulir mencoba mengingat. Lalu terkikik.

•••

"Kita mau ke mana, Mas?" tanya Nora saat Kalandra mengajaknya keluar.

"Naik sepeda. Bisa naik sepeda?"

Nora tersenyum kecil. "Kalau gak bisa, Mas Kala mau bonceng aku?"

Pria itu langsung mengangguk membuat Nora tertawa pelan. Entah apa yang membuat wanita itu tertawa. Ia hanya merasakan percikan kebahagiaan.

"Aku bisa kok naik sepeda."

Dan sepertinya Kalandra sudah menyiapkannya sebelum mengajak Nora. Pria itu telah menyewa sepeda lewat aplikasi yang tersedia di kota tersebut. Mereka pun bersepeda menelusuri kanal Saint Martin serta toko-toko vintage dan kafe lokal. Mereka memutuskan untuk singgah di salah satu kafe untuk beristirahat sejenak. Memesan minuman dingin untuk menghilangkan rasa haus mereka.

Nora menangkup wajahnya seraya menyeruput minumannya. Mengayun-ayunkan kedua kakinya, kedepan dan kebelakang. Tatapannya tertuju pada Kalandra yang sedang serius berkutat dengan ponselnya. Sebelumnya, pria itu mengatakan untuk membalas pesan dari karyawannya yang menggantikan dirinya memegang salah satu proyek. Untuk hal sekecil itu, pria itu bahkan meminta izin membuat Nora semakin merasa di spesialkan.

"Kenapa lihatin?" tanya pria itu setelah meletakkan ponsel di atas meja. Tangannya terulur, untuk menyeka whipped cream yang ada di sudut bibir Nora membuat Nora mengulum bibir setelah Kalandra membersihkan sudut bibirnya.

"Aku gak pernah denger Mas Kala panggil namaku."

Kalandra mengangkat satu alisnya. "Oh ya?" ia tersenyum kecil melihat wanita di hadapannya mengangguk polos.

"Nora," panggil Kalandra. Sejak dekat dengan Kalandra, baru kali ini Nora mendengar pria itu memanggil namanya. Suaranya yang dalam, tapi terdengar lembut serta tatapan pria itu yang lurus padanya, terkesan tajam.

Perut Nora bergejolak, ia merasa geli. Menyukai sensasi tersebut membuatnya tersenyum tanpa henti.

"An-no-ra," Kalandra kembali memanggilnya, mengeja dan menekannya. "Nama yang bagus."

"Papi yang ngasih. Katanya artinya cahaya. Namanya Bang Rion dan Kak Rora juga artinya cahaya. Dua cucunya, Alula dan Archer juga Papi yang ngasih nama. Artinya cahaya juga," jelas Nora panjang lebar.

"Nanti kalau kamu punya anak mau ngasih nama apa?"

Nora menggeleng pelan dan tersenyum. "Gak tau. Kayaknya bakal Papi deh yang ngasih. Soalnya nama anak pertamanya Bang Rion dan Kak Rora dari Papi."

Kalandra mengangguk pelan. Menggigit bibirnya pelan. "Artinya harus cahaya ya," gumamnya pelan.

"Gak juga sih. Yang penting arti namanya bagus. Kan nama adalah doa." Setelah tersedar, Nora langsung membekap mulutnya dengan mata membulat.

Kenapa seakan mereka terdengar mendiskusikan nama anak?

Nora yang malu membuat wajahnya memerah bahkan telinganya, segera wanita itu menunduk dan menghabiskan minumannya. Tiba-tiba saja merasa gerah.

Sementara itu Kalandra tak bisa menahan tawa gelinya melihat Nora yang salah tingkah, apalagi saat Nora merengek.

"Ih Mas Kala jangan ngetawain aku. Aku malu!" Menutup kedua wajahnya menggunakan telapak tangan.

________________________

Aug 31 2022

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang