15 | BIRTHDAY PARTY

4.2K 650 27
                                    

Kalandra menghisap rokoknya kemudian menghembuskan asapnya. Lalu kembali menghisapnya dengan mata tertuju pada layar ponselnya yang berada digenggaman tangan kanannya. Mengecek file yang baru Ivanka kirim.

Kalandra mendengar suara pintu terbuka, tapi ia tetap menatap layar ponselnya, hingga suara yang menegurnya membuatnya mengangkat pandangannya.

"Kala kok duduk di sini? Kenapa gak masuk?" Meski wanita itu tersenyum, Kalandra tetap tak mengubah ekspresinya. "Baru datang?"

"Baru aja. Mau ngerokok dulu, nanti saja saya masuk."

Tante Feby mengangguk dan sekali lagi mengukir senyum tipis, lalu pamit masuk ke dalam rumah. Tak lama seorang asisten rumah tangga keluar, membawa beberapa kudapan serta minuman. Bertanya apakah Kalandra ingin makan lontong kari yang merupakan menu utama acara ulang tahun adik tirinya. Tapi, Kalandra menolak, mengatakan nanti saja.

Memang, Kalandra datang ke rumah Ayah karena ada acara ulang tahun Kanya yang ke sebelas. Karena mendengar suara musik khas anak-anak dan suasana ramai di area taman yang ada di belakang rumah membuat Kalandra mengurungkan niat untuk bergabung lebih dulu.

Saat menikmati kudapan yang disuguhkan untuknya, kedatangan Kalea bersama Zian menarik perhatiannya. Adiknya itu langsung menghampirinya, meninggalkan Zian yang kesusahan mengeluarkan kado berukuran besar dari bagasi mobil.

"Babe, bantuin dong!" seru Zian.

"Siapa suruh sih lo beliin kado segede gaban?! Harusnya beliin aja sebungkus ciki!" sungut Kalea galak, berhenti sejenak berjalan untuk mengomeli kekasihnya itu.

Wanita berambut pendek dengan poni setengah itu berjalan mendekati Kalandra. Kalandra tak perlu merasa heran lagi melihat warna rambut Kalea yang seakan mencolok mata. Apalagi pakaian wanita itu. Tidak seperti Zian yang berpenampilan rapi. Memakai celana jeans serta kemeja batik berlengan pendek.

"Mas Kala dari tadi di sini?" tanya Kalea setelah tiba di hadapan Kalandra.

"Baru aja datang," jawab Kalandra seraya menekan ujung rokoknya ke asbak. Ia meraih minuman dan meneguknya hingga setengah. Tatapan Kalandra menangkap sesuatu yang berkilau di jari manis Kalea. Wanita itu sedang mengamati Zian yang tergopoh-gopoh mengangkat kado sebesar setengah badannya.

"Zian udah ngelamar lo?"

Kalea kembali menatapnya, menunduk menatap jari manisnya dan segera memamerkan cincin berlian tersebut dengan senyum merekah.

"Jangan iri, Mas. Makanya lo cari cewek, abis itu ajakin nikah."

Kalandra mendengus pelan. Mereka berdua menatap Zian yang ngos-ngosan usai menaruh kado tersebut di atas lantai teras rumah tersebut.

"Ayah udah tau?" tanya Kalandra, beralih menatap Kalea.

"Ngapain ngasih tau. Waktu dia nikah, dia gak bilang-bilang," ujar Kalea sinis. Hubungan Kalea dengan Ayah memang sedikit rumit karena keputusan Ayah yang menikah lagi tanpa mengatakan padanya di beberapa tahun lalu membuat wanita itu kecewa. Kalandra sedikit tidak mengerti dengan sikap Kalea terhadap Ayah. Seakan membenci Ayah, tapi satu waktu terlihat menyayangi Ayah. Buktinya seperti sekarang. Kalea datang ke acara ulang tahun Kanya, meski wanita itu selalu cuek jika bertemu dengan adik tiri mereka maupun ibu tiri mereka.

"Udah kok Mas. Tenang aja." Sahutan Zian membuat kakak adik itu menatap pria bermata sipit tersebut.

"Lo ngasih tau Ayah?" Sontak saja Kalea langsung menghunuskan tatapan tajam.

"Iya dong, Sayang. Sebagai lelaki sejati, gue calon suami lo harus minta izin sama pria yang merupakan yang 'bikin' lo bahkan Ayah yang rawat lo sampai lo gede, buat ngelamar anaknya yang paling cantik."

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang