38 | MENJENGUK

4.2K 629 146
                                        

Nora menegakkan kepalanya, berhenti sejenak dari aktivitasnya yang sedang membereskan peralatan melukis usai kelas berakhir. Semua muridnya telah pulang. Kedatangan Jihan menarik perhatiannya. Ia mengulas senyuman, yang di balas senyum tipis wanita itu.

"Kok kamu gak bilang mau dateng?" tanya Nora.

"Emang harus bilang dulu, ya?"

"Ya enggak juga sih." Nora kembali terpekur pada kegiatannya. Jihan pamit untuk naik ke lantai dua lebih dulu untuk meneguk air.

Setelah membereskan lantai satu, Nora naik ke lantai dua. Menemukan Jihan berdiri di depan televisi.

"Kenapa Han?"

Wanita itu balas menatapnya. "Bingkai yang aku kasih ke kamu, ke mana?" tanyanya seraya bingkai baru yang Kalandra belikan.

"Oh itu ... Mas Kala gak sengaja jatuhin. Terus dia beliin aku yang baru."

Jihan di tempatnya mengernyit tidak suka dan kembali meletakkan bingkai tersebut ke tempatnya kemudian menghampiri Nora yang berada di dapur.

"Kamu sama pacarmu udah baikan?" tanya Jihan.

Nora hanya mengulum senyum lalu meneguk air.

Jihan mengetuk jarinya di tepi meja. "Ra, temenin aku keluar makan yuk. Udah lama aku gak shabu-shabu."

Nora yang sedang meletakkan gelas ke sink, menoleh. "Maaf ya Han, hari ini aku gak bisa. Besok aja, ya?"

"Kenapa?"

"Hari ini aku udah janjian sama Mas Kala makan di luar." 

Jihan cemberut kemudian beranjak dari tempatnya dan memeluk lengan Nora. "Semenjak kamu punya pacar. Kita udah jarang keluar berdua lho. Jangan-jangan nanti kamu bakal lupain aku."

"Ya enggaklah, Han. Kok kamu mikir kayak gitu sih?" Nora mengusap tangan Jihan yang masih memeluk lengannya 

"Harusnya kamu gak punya pacar!" rengek Jihan membuat Nora tertawa.

"Masa aku sendirian terus?" Nora pun menatap serius Jihan. "Kayaknya kamu harus coba, Han."

"Coba apa?"

"Cari pacar."

"Laki-laki itu menjijikkan, Ra." Jihan melepas rangkulannya dari Nora. "Emang kamu gak takut kalau pacarmu itu berbuat hal yang selalu menghantuimu selama bertahun-tahun ini? Ayolah Nora. Selama empat belas tahun kamu berusaha untuk sembuh ..."

"I'm totally fine. Pengobatanku gak sia-sia. Mas Kala membantu penyembuhanku. Jihan, kamu selalu rutin ke psikiater, kan?" sela Nora. Jihan pun diam dan meraih tasnya.

Nora yang merasa bersalah karena menyinggung kesehatan mental Jihan pun menahan wanita itu. "Ya udah. Aku temenin kamu makan shabu-shabu."

Nora sedang menunggu daging yang ia panggang matang, sementara Jihan ke toilet. Ia sedang bertukar pesan dengan Kalandra. Meminta maaf pada pria itu jika hari ini mereka tak bisa keluar makan bersama. Respon Kalandra cukup baik membuatnya merasa lega.

"Zanna, hei!"

Seruan tersebut menarik perhatian Nora. Melihat jika Jihan sedang bercengkrama dengan seorang wanita. Sepertinya mereka baru bertemu setelah sekian lama.

Tidak berapa lama Jihan kembali duduk di hadapannya.

"Itu siapa?" tanya Nora.

"Temen SMA-ku."

"Kok dia manggil kamu, 'Zanna'?" Jihan yang hendak meraih sumpit berhenti. Ia balas menatap Nora.

"Oh itu ... emang temen-temen sekolahku manggil aku, 'Zanna'. Itu nama kecilku."

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang