20 | AYAM LODHO

3.9K 691 65
                                    

Nora bagaikan anak ayam yang mengekori Kalandra ke manapun pria itu pergi seraya mendorong troli mengelilingi supermarket tersebut. Saat Kalandra berhenti, ia juga berhenti. Pria itu menoleh ke arahnya membuatnya ikut menoleh ke belakang lalu menatap pria itu dengan pandangan bingung.

"Jangan jalan di belakang gue. Lo kayak anak ayam tau gak."

Nora hanya tersenyum malu dan mensejajarkan langkahnya dengan Kalandra. Mereka pun kembali bersama-sama melangkah.

"Lo suka makanan apa?"

"Makanan apa nih?" Nora menoleh menatap Kalandra yang tetap lurus menatap ke depan. Mereka tetap berjalan di lorong rak-rak berbagai macam bumbu dapur.

"Apapun. Yang lo suka makan."

"Ayam lodho." Nora melihat kening Kalandra mengernyit terlihat berpikir. "Mas Kala gak pernah makan?"

"Kayaknya pernah, tapi lupa. Itu kayak gimana sih?"

"Yang ayamnya dibakar dulu. Terus dimasak campur santan. Aku gak terlalu tau cara pembuatannya. Taunya cuma makan," Nora tertawa pelan.

Kalandra pun mengangguk pelan. "Oh itu." Mereka pun ke area daging ayam. Kalandra memilih potongan ayam.

Nora sendiri diam mengamati pria itu yang sangat serius memilih potongan daging ayam tersebut. Padahal di mata Nora semuanya sama saja. Apa bedanya?

Kalau Nora yang belanja, pasti langsung membeli tanpa harus memilih lebih dulu.

Mengetuk-ketukkan jarinya di handle troli, Nora pun bertanya, "Kalau Mas Kala sukanya makan apa?"

Pria itu berhenti sejenak dari aktivitasnya, menatapnya sejenak lalu kembali fokus memilah daging ayam.

"Gue suka makan carbonara."

Nora mengangguk pelan. "Keluarganya Mas Kala suka makanan khas Italia," gumam Nora.

Kalandra kembali menatap Nora. "Hm?"

"Kalee suka tiramisu, Kak Lea suka lasagna." Kalandra hanya mengangguk dan kemudian mengajak Nora untuk menelusuri tempat itu lagi.

Tidak berapa lama mereka belanja keperluan dapur Kalandra. Setelah tiba di rumah Kalandra, Nora memutuskan untuk pulang, tapi Kalandra melarangnya pulang lebih dulu. Mengatakan akan memasakkan makan siang untuknya.

Alhasil Nora pun tinggal di sana sejenak. Membantu Kalandra menyusun isi kulkas pria itu. Sementara pria itu menyiapkan untuk makan siang.

Nora hendak membantu Kalandra untuk memasak setelah pekerjaannya selesai, tapi saat Kalandra menatapnya skeptis, Nora pun mengurungkan niatnya. Duduk diam mengamati pria itu yang menyiapkan bahan-bahan masakan. Sangat luwes. Membuat Nora merasa insecure karena dirinya seorang perempuan, tapi tak tau caranya memasak.

Seketika ia mengingat kakaknya.

Aurora pun tak pandai memasak. Bahkan hampir membakar dapur rumah.

Ini semua karena Mami yang melarang mereka menyentuh dapur. Alhasil, masak mie saja kadang belum sepenuhnya matang atau malah sangat matang.

"Kalau lo ngantuk, mending lo tidur aja di kamar tamu." Kalandra menunjuk ke arah kamar tamu yang berada di dekat ruang tamu.

Nora tersentak kemudian menggeleng pelan.

"Ini masih lama lho. Atau lo mau ngemil dulu?

"Emang Mas Kala mau bikin apa sih? Aku bantuin, ya?" Nora kini berdiri.

"Enggak usah." Kalandra mendorong pelan Nora hingga wanita itu kembali duduk di tempatnya. "Bantu dengan doa aja. Oke?"

Tawa geli Nora keluar, ia mendongak menatap pria itu yang tanpa ekspresi lalu kembali ke balik meja pantry.

"Gue gak biasa pake baju kalau di rumah. Gak pa-pa kan kalau gue buka baju?" ujar Kalandra tiba-tiba membuat Nora menegakkan pandangannya lalu mengangguk pelan. "Kali aja lo gak nyaman?"

"Enggak pa-pa kok Mas," Nora berujar. "Ini kan rumah Mas Kala, ngapain pake minta izin sih?"

Pria itu hanya tersenyum tipis dan menarik bajunya ke atas hingga kini pria itu telanjang dada.

Nora bisa melihat tato di bawah tulang selangka kiri pria itu. Angka romawi, yang Nora tebak merupakan tanggal, bulan dan tahun lahir pria itu.

Nora pikir, seluruh badan Kalandra penuh dengan tato. Tapi tidak sama sekali. Bagian punggung pria itu bersih dari tato. Bahkan bagian depannya hanya di bagian tulang selangka tersebut. Adapun di lengan pria itu, hanya di sebelah kiri. Seperti yang ia duga sebelumnya jika di balik lengan yang selalu tertutupi tersebut oleh lengan kemeja terdapat tato. Sebuah gambar burung, tapi Nora tak tau itu burung apa. Lalu dibawanya ada setangkai bunga mawar. Kemudian ada sebuah sayap, hanya sebelahnya dan di sampingnya, dekat dengan siku ada sebelah gambar mata, yang Nora tebak merupakan mata seorang perempuan. Dan gambar dua lainnya. Tidak seperti tato yang sering Nora lihat, yang saling terhubung satu sama lain seakan menyatu. Gambar tato di lengan Kalandra terpisah, satu-satu. Jadi tak terlihat begitu ramai.

"Gambar mata perempuan itu siapa, Mas?" Nora tak memutuskan tatapannya dari tato gambar mata tersebut.

Kalandra mengalihkan perhatiannya pada Nora lebih dulu, lalu melanjutkan kegiatannya.

"Bunda."

"Aku kira pacarnya Mas Kala." Nora tersenyum tipis.

Pria itu mendengus pelan, lalu menumpukan tangannya di tepi meja. Menatap lurus Nora. "Gue gak pernah punya pacar."

Nora menatap tidak percaya Kalandra. "Masa sih?" Melirik tato yang ia tebak tahun lahir Kalandra. Sekarang belun bulan dua belas, berarti usia Kalandra masih tiga puluh tujuh tahun.

"Ya, terserah lo sih kalau gak mau percaya." Pria itu berhenti menatap Nora, kembali fokus pada kegiatannya.

"Aku percaya kok, Mas."

Kalandra melirik Nora. "Tapi tatapan lo kayak gak percaya."

Nora tersenyum geli dan menopang pipinya. Menatap lurus Kalandra, "Sekarang gimana?"

Kalandra balas menatap membuat Nora menahan nafasnya sejenak, lalu membuang pandangannya. "Mas, aku ke kamar mandi dulu, ya?" Tanpa mendengar sahutan Kalandra. Wanita itu langsung bergegas pergi.

"Emang tau kamar mandinya di mana?"

"Eh?" Langkah Nora berhenti, ia menatap Kalandra yang ekspresinya masih datar. "Di mana, Mas?" tanyanya malu.

Kalandra pun menyuruhnya untuk ke kamar tamu saja.

Sepeninggalan Nora, Kalandra tak bisa menahan senyumnya. Ia pun melanjutkan masaknya dengan bibir terkulum menahan senyuman.

•••

Nora memasang sabuk pengamannya, ia menoleh menatap Kalandra yang berdiri di luar. Membuatnya menurunkan kaca jendela dan mengukir senyum tipis. "Aku pulang dulu Mas. Makasih buat ayam lodhonya Enak."

Pria itu tersenyum tipis membuatnya pun melambaikan tangan, bersiap untuk pergi.

"Eh!"

"Kenapa Mas?" Nora menginjak rem, menatap Kalandra yang masih berdiri di tempatnya. Pria itu memasukkan dua tangannya di saku celana jeansnya.

"Mau lagi gak dimasakin ayam lodho?" Tanpa ekspresi dan suaranya pun terdengar datar. Kalandra menatapnya lurus. Entah Kalandra hanya sekedar basa basi atau apa?

"Kalau menu lain, boleh?"

"Boleh!" jawab pria itu langsung.

"Oke. Kapan-kapan ya, Mas." Sekali lagi Nora mengukir senyum tipis.

"Besok!"

"Hm?" Nora membulatkan matanya.

"Besok gue masakin lagi."

"O-oke." Nora mengulum senyum dan untuk kedua kalinya pamit.

_______________________


Aug 20 2022

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang