Gerakan tangan Nora saat memotong daging di atas piringnya sangat lambat. Sesekali melirik Patra yang juga makan bersamanya. Pria itu begitu menikmati makanan tersebut.
Ia kembali menunduk, memotong potongan daging lembut tersebut lalu memasukkannya ke dalam mulut. Menaruh pisau dan garpu di atas meja, tapi pisaunya terjatuh ke lantai.
Nora hendak menunduk untuk mengambilnya, tapi Patra mencegah. Pria itu berdiri dan memberikan pisau baru untuknya. Nora pun menerimanya dan mulai meneguk airnya. Kembali diam mengamati Patra. Ia kembali menikmati daging steak tersebut. Seraya mengamati sekitar. Kedua kakinya yang menggantung di kursi tinggi tersebut diayun-ayunkan. Ia makan dengan lahap. Tak seperti beberapa hari terakhir, cara makannya terlihat malas, ogah-ogahan.
Nora kembali lagi mengamati Patra yang telah selesai makan. Pria itu membawa piring kotornya ke sink. Patra membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa buah. Menaruhnya di piring kemudian ditaruh di atas meja dekat dari jangkuan Nora.
Nora mendongak menatap pria itu yang tersenyum tipis.
"Habisin makanan kamu." Nora hanya diam dan membuang pandangannya.
Saat mendengar suara langkah Patra, ia kembali menatap pria itu yang mulai menjauhinya.
"Besok aku pulang, kan?" Nora memberanikan diri bicara pada Patra. Besok telah genap dua minggu. Seperti yang Patra janjikan, pria itu akan membiarkannya pulang.
Langkah Patra berhenti. Ia menoleh menatap Nora.
Patra tersenyum kecil. Lalu menghela nafas kasar. "Jadi, kamu kelihatan seneng karena besok mau pulang, ya?" Ia pikir seharian ini Nora terlihat senang karena telah betah tinggal disini.
"Besok sudah dua minggu. Seperti yang Bang Patra janjikan ..."
"Terus setelah kamu pulang. Kamu mau ketemu Kala, gitu?!" tebak Patra langsung. Nora diam di tempatnya.
Patra mendengus kesal. "Seharusnya aku bunuh dia!" desis Patra, tatapannya berubah tajam. Hendak melangkah meninggalkan Nora, tapi jeritan Nora membuatnya berhenti.
"Sebenarnya apa sih mau kamu?!! Kenapa kamu bikin hidupku menderita?!!" Nora meledak. Hal yang ia tahan selama beberapa hari ini. Ah lebih tepatnya selama bertahun-tahun. Matanya memerah, antara menahan tangis dan dikuasai amarah. "Kamu rusak hidupku!! Kamu bikin harga diriku gak berarti!! Selama bertahun-tahun hidupku gak tenang! Aku selalu bermimpi buruk! Aku selalu merasa gak pantas untuk siapapun, bahkan aku merasa gak pantas untuk hidup!! Itu semua karena kamu!!"
Nora kini berdiri, menunjuk Patra penuh emosi. Air matanya keluar setitik demi setitik.
"Aku kesakitan selama bertahun-tahun." Suara Nora berubah lirik, bergetar. Menunjuk beberapa bekas luka yang ada di lengannya. "Fisik," lalu menepuk dadanya. "Maupun batinku. Aku kesakitan. Rasanya pedih!" Kembali menjerit di akhir kalimatnya. Nora tak peduli jika setelah ini Patra akan menyakitinya. Yang penting ia bisa mengeluarkan semua rasa sakit yang ia pendam selama bertahun-tahun ini.
Setelah kejadian buruk menimpa dirinya. Nora tak pernah berharap untuk bertemu dengan Patra lagi. Tak pernah sekalipun dalam benaknya.
Karena takut. Rasa takut terus menerus menghantuinya terhadap pria itu. Selama beberapa bulan ia dilecehkan, diancam sehingga membuatnya tak bisa melakukan apapun. Masa remajanya yang harusnya menjadi salah satu memori indah dalam hidupnya harus kandas karena pria itu. Hingga masa menjelang dewasa pun tak bisa memberikan memori yang indah.
Selama empat belas tahun Nora berjuang mati-matian ingin sembuh. Ingin kembali normal. Tak ingin ketakutan setengah mati jika berhadapan dengan seorang laki-laki. Tak ingin membenci seorang laki-laki, padahal mereka tak ada salah apapun padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/315544666-288-k984493.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I HATE MEN
ChickLit|OHMYSERIES-5| Apa yang membuatnya membenci sosok pria? Alasannya karena yang terjadi masa lalu. Membuatnya selama bertahun-tahun terus menerus bermimpi buruk. Membuatnya ketakutan setengah mati hingga menimbulkan perasaan takut terhadap lawan jeni...