48 | PERTEMUAN SINGKAT

4.3K 585 129
                                    

"Lo mau ke mana, Mas?" tanya Kalea saat masuk ke kamar Kalandra dan melihat kakaknya itu memakai pakaian rapi. Wajah Kalandra pucat, matanya pun masih sayu khas orang sakit. Setelah seminggu dirawat di rumah sakit, Kalandra diperbolehkan pulang, tapi harus tetap dirawat di rumah karena kondisi Kalandra belum stabil.

"Mau nyari Nora," ujar Kalandra. Bahkan suaranya masih terdengar lemas.

Segera Kalea menghalangi kakaknya itu yang hendak keluar dari kamar. "Sudah ada orangnya Rion yang nyari Nora. Mas Kala juga nyewa orang kan buat nyari Nora? Jadi, sebaiknya Mas llll istirahat aja."

Kalandra menepis pelan tangan Kalea yang hendak memegang lengannya.

"Gue gak bisa tenang kalau bukan gue sendiri yang nyari, Le!" ujar Kalandra frustasi.

"Mas! Pikirin kondisi lo. Emang lo mau nyari Nora ke mana?! Mas tau?!" sentak Kalea kesal. Kondisi Kalandra belum sembuh total. Kalandra terserang tipes membuatnya harus beristirahat total.

Kalandra meraup wajahnya kasar, segera kembali duduk di tepi ranjang. Membuang pandangannya ke arah pintu balkon. Pikirannya kalut.

Kalea menatap iba Kalandra. Berat badannya yang turun drastis dan wajahnya yang pucat.

"Ini demi kebaikan lo juga, Mas," ujar Kalea duduk di sofa yang ada di kamar tersebut. Menatap kakaknya yang melamun. "Rion udah berusaha nyari ..."

"Tapi ini sudah hampir dua minggu, Le! Kata orang-orang nama Nora ataupun nama Patra gak ada dalam penerbangan ke manapun. Baik luar pulau dan luar negeri. Itu berarti Patra masih berada di sekitar sini, tapi kenapa orang-orang itu gak ada yang becus nyariin!"

"Mas Kala pikir Rion sekarang santai-santai aja?! Dia juga mikirin adiknya, Mas! Rion sudah berusaha. Bahkan sudah melibatkan polisi!" Kalea mulai emosi karena melihat sikap keras kepala Kalandra.

"Rion lapor ke polisi?" Mata Kalandra membulat. Rencana awal mereka, Orion tak ingin melibatkan pihak berwajib karena tentu saja Om Iyo akan tau. Alasan Orion melakukan hal itu agar Om Iyo tak marah padanya. Karena Om Iyo telah memberikan kepercayaan padanya untuk menjaga Nora. Jika Om Iyo tau hal ini...

Itu berarti...

Kalandra meremas rambutnya, menunduk dalam.

Sudah pasti Om Iyo marah padanya. Kecewa. Karena ia tak becus menjaga Nora.

"Mas, ini semua bukan salah lo." Kalea kembali menatap iba Kalandra yang menunjukkan ekspresi bersalah.

"Ini salah gue, Le." Kalandra tak bisa menahan tangisnya. Isak tangisnya lepas. Ketakutan dan kecemasan selalu menghantuinya sejak Nora menghilang. Sangat cemas jika terjadi sesuatu yang buruk pada Nora.

Melihat Nora yang ingin menangis jika mengingat masa lalunya saja membuat Kalandra ikut merasakan sakitnya wanita itu, apalagi sekarang. Nora bersama pria yang membuat luka mendalam pada wanita itu, bagaimana ketakutan Nora. Bagaimana kondisi Nora saat ini.

Kalandra benar-benar merasa gagal.

Kalea berdiri menghampiri Kalandra.

Mereka bukanlah saudara yang akan saling menghibur dengan kata-kata manis, jadi yang bisa Kalea lakukan hanya menepuk pelan pundak Kalandra.

Melihat kakaknya saat ini menangis membuatnya tercengang, sekaligus terenyuh.

Kalandra yang tak pernah ia lihat menangis membuatnya mengira jika kakaknya itu adalah orang yang tak berperasaan. Bahkan saat masih kecil, ketika ia bertanya apakah Kalandra menangis saat Bunda tiada, kakaknya itu hanya menggeleng dan berkata, "Laki-laki gak boleh nangis."

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang