19 | CEGUKAN

4.3K 649 63
                                    

Kalandra mengerang pelan seraya membuka matanya yang terasa begitu berat untuk terbuka. Kupingnya terasa berdengung karena perpaduan suara bel dan suara dering ponselnya terdengar sangat berisik. Ia pun memutuskan untuk melihat siapa yang menelepon dan mendengus kesal seraya menjawab telepon tersebut. Menyuruhnya untuk menunggu.

Kemudian bangkit dari tempat tidur untuk memakai celana pendek. Keluar dari rumah, membuka pintu pagar untuk Kalea.

"Gue mau pinjem mobil," ujar adiknya itu langsung dan berjalan lebih dulu.

"Mobil lo mana?"

"Masuk bengkel."

"Terus kenapa gak pinjem mobilnya Zian?"

Langkah Kalea berhenti, ia menoleh menatap kakaknya yang kini berjalan melewatinya. Ia pun menyusul kakaknya hingga langkah mereka sejajar masuk ke dalam rumah.

"Mas kan punya dua mobil. Lagian mobilnya Zian gak keren." Kalea mencibir di akhir kalimatnya. Merasa heran dengan kekasihnya itu. Alih-alih membeli mobil mewah, Zian malah membeli mobil kodok. Membuat pria itu terlihat semakin konyol. Makanya selama ini, jika mereka pergi berkencan hanya memakai mobil Kalea, atau menggunakan motor.

"Lo mau pake mobil yang mana?" tanya Kalandra usai meneguk air.

"Yang Mercy G-Class dong, Mas."

Kalandra hanya melambaikan tangannya, berarti menyetujui. Kalea pun berlari naik ke atas untuk mengambil kunci.

"Mas, gue pergi dulu!" seru Kalea.

"Ya!" balas Kalanda dan membuka kulkasnya, melihat isinya yang kosong melompong. Baru mengingat jika dua hari yang lalu menyuruh ART-nya mengambil isinya karena mengira ia akan menginap di Bandung.

"Mas ..."

Kalandra memutar tubuhnya usai menutup pintu kulkas. Satu buket bunga peony berwarna pink yang kini layu diletakkan Kalea di atas meja pantry.

"Mas Kala mau ngasih siapa bunga itu?"

"Kok belum pergi?" Kalandra melengos, sangat kentara tidak ingin meladeni pertanyaan Kalea.

"Mas?"

Kalandra yang hendak membuka lemari kabinet berhenti, ia memutar tubuhnya menoleh menatap Kalea. "Apa?" tanyanya malas.

"Tuh bunga buat siapa? Pacarnya Mas Kala?! Mas Kala punya pacar?! Siapa?" desak Kalea membuat Kalandra berdecak pelan.

"Bukan buat siapa-siapa. Sana lo pergi."

Giliran Kalea yang berdecak pelan, segera memutar tubuhnya dan mulai melangkah.

"Kalau suka, gak usah ditahan Mas. Nanti diambil orang lagi!" serunya seraya pergi hingga suaranya menghilang.

Sekali lagi Kalandra berdecak pelan, meraih buket bunga tersebut dan membuangnya.

Saat kembali meneggakkan punggungnya, ia kembali melihat Kalea yang menyengir. "Kali ini seiman kan, Mas?"

"Pergi!"

Kalea tertawa keras dan segera berlari sebelum Kalandra membanting tubuhnya ke lantai.

Tidak berapa lama kepergian Kalea, datang lagi si pengacau. Naresh dan Nayla, dua anak Nadim itu membuat pagi Kalandra semakin berantakan.

"Kami datang bawa rejeki lho, Om," ujar Nayla dan langsung masuk begitu saja ke dalam rumah seraya menenteng wadah makanan.

"Bagi sebat Om." Kali ini Naresh yang bicara.

"Gak ada rokok," ujar Kalandra ketus, ia meninggalkan Naresh yang cemberut. "Bawa apa lo?" tanya Kalandra pada Nayla yang mengutak-atik dapurnya. Gadis sembilan belas tahun itu menyiapkan peralatan makan.

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang