50. Mata hezel itu kembali

70 6 0
                                    

•••

Shafiya terdiam lesu, untuk sejenak ia menghembuskan nafasnya. Air matanya mungkin sekarang sudah tak terbendung lagi.

Itu karena mungkin dia harus terbiasa mulai sekarang menggunakan tongkat nya. Meskipun ia mulai terbiasa tapi, dirinya masih memiliki harapan untuk melihat kan.

Tapi sekarang sudah tidak lagi, apa lagi penjelasan dari dokter hari ini semakin membuat nya takut untuk membuat harapan baru lagi.

Beberapa hari yang lalu dirinya kembali merasakan penglihatan, seperti sinar di ujung terowongan. Secercah cahaya itu kian menghilang dari pandangannya. Benarkah ia akan buta total seperti apa yang dokter katakan.

"Kondisi ini cukup memprihatinkan, luka pada bola matamu membuat Penglihatan perifermu semakin menyempit, tapi baiknya retinamu masih bisa berfungsi. Itulah sebabnya meskipun kamu tidak bisa melihat kamu masih bisa mendapatkan penglihatan. Kadang buram kan, atau hanya muncul cahaya seperti di dalam terowongan. Matamu yang rusak, harus segera di perbaiki. Jika tidak, bisa mengakibatkan kebutuhan total. Dan kondisimu cukup parah, ini sudah terlalu lama kan."

"Ah, ya ada luka di bagian dalam mata saya. Jadi kembalinya penglihatan saya itu bukan pertanda baik dok?"

"Tidak sama sekali, sebelumnya kamu memiliki pandangan yang buram kan. Sekarang pandanganmu menyempit, dan gelap?"

"Ya, saya memang bisa merasakan itu Sama seperti saat melihat cahaya di ujung, terowongan, penglihatanku mataku selalu dikelilingi bingkai hitam. Itu terjadi beberapa terakhir ini..padahal sebelumnya aku hanya memiliki pandangan yang buram. Itu sebabnya aku suka menutup mataku kadang menggunakan seikat kain, ataupun kacamata hitam."

Shafiya mencoba menahan tangisannya, meskipun begitu ia akan mencoba untuk tetap tegar.
"Ayo kita lakukan saran dokter.." Shafiya mengarahkan pandangannya ke sampingnya. Dirinya lupa bahwa masih ada Haidar di sampingnya

"Itu mustahil Gus, mata saya sebentar lagi akan mendekati kebutaan permanen. Itu hanya bisa dengan donor mata. Sedangkan pendonornya siapa? Siapa yang mau menyumbangkan penglihatannya untuk orang lain Gus?"

Sedangkan Haidar memeluk shafiya erat, jujur saja andaikan bisa biar dirinya yang menggantikan posisi shafiya. "Sudah ya kita balik dulu."

Shafiya tidak menjawab tapi dirinya tidak menolak
Kini mereka berdua berjalan beriringan. Hingga secara tiba-tiba Haidar dan shafiya terpisah itu karena ada beberapa orang yang terlihat panik sambil mendorong pasien kecelakaan.

Shafiya terdorong ke belakang ia menabrak dinding cukup kuat, sedangkan Haidar kini mencoba mendekati shafiya. Namun dari banyaknya orang-orang itu membuat Haidar mengurungkan niatnya. Hingga pandangannya jatuh pada pasien korban kecelakaan itu.

Haidar gemetar, karena dia tahu siapa perempuan di balik cadar itu. Dengan tidak sadar dirinya mengikuti kerumunan orang-orang itu. Ia bahkan lupa kepada shafiya.

Sedangkan Shafiya kini terdiam bingung, ketika yang semua ramai kini hening seketika. Shafiya mencoba untuk melangkahkan kakinya. Dirinya terus melangkah. Entah takdir atau tidak shafiya terjatuh, dan itu menjadi pusat perhatian..

Dengan tangan gemetar Shafiya mencoba meraba tongkat di sekitarnya. Namun tangannya berhenti bergerak ketika Suara yang tidak asing itu menggema di telinganya. Apa lagi menyebut nama seseorang yang juga tidak asing namanya itu.

"Tidak tunggu Zulfa"

Deg...

Shafiya mencoba untuk berdiri meskipun tanpa tongkat nya.

"Kamu mengenal putri saya?"

Shafiya membalikkan badannya. Itu karena ia lebih baik pergi saat ini juga. Shafiya terus melangkah tak peduli lagi dengan arah, yang penting dirinya tidak boleh terlihat menyedihkan di depan Haidar

Munajat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang