16. Kata

948 71 7
                                    

"Tak semua rumah adalah istana yang indah. Namun kadang kala berubah menjadi kastil mengerikan."
.
.
.
.
.
.
.
.
.

❄️❄️

Apa yang membuatnya cukup bingung adalah perkataan seseorang. Bicara tanpa berfikir membuat pendirian goyah. Menjadikan dirinya terjebak dalam jurang kehidupan.

Raga pernah berjanji, tak pernah pergi apapun yang terjadi pada Galen. Kecuali kematian. Namun seolah ini, membuat dirinya benar-benar goyah.

Seolah, kala ia bertahan. Ia takut, akan sia-sia dan pergi juga. Bahkan bila pun Galen sadar, ia tak pernah tau. Akan kah masih bisa melihat sosok itu.

Permainan takdir tak pernah bisa ia baca.

"Raga pulang bunda.." batinnya memasuki rumah.

Bastian mengikutinya dari belakang. Rumah nampak sepi, padahal mobil Galen ada digarasi.

"Si Galen kemana tuh?" Beo Bastian melihat ruang tamu.

Raga menggeleng tak tau. Melangkah pergi ke kamarnya sendiri. Bastian pun duduk diruang keluarga. Seolah rumahnya sendiri.

"Galen keluar Lo!!!" Teriaknya nyaring memenuhi rumah.

Raga didalam kamar pun hanya bertanya saja. Namun kembali sibuk melihat interior kamar yang berubah.

Bernuansa biru dan putih dengan beberapa stiker Doraemon. Lemari, meja belajar juga diganti. Seprainya pun berwarna biru. Walau begitu, kamarnya terhindar dari barang-barang yang membahayakan.


Biarkan Raga mengagumi kamarnya sendiri. Bastian pun kini tengah sibuk membaca isi map coklat yang ia bawa. Tak lama terdengar langkah kaki turun dari tangga. Ia pun hanya melirik. Hafal sekali dengan langkah itu.


"Mau kemana Lo?" Tanyanya setelah Galen lewat disampingnya.

Lelaki itu menggunakan pakaian rapi. Seolah siap pergi. "Bukan urusan Lo," jawab Galen ketus. Menatap dengan datar.


"Duduk gua mau ngomong." Bastian menatap tajam. Membuat lelaki itu melangkah mendekat. Duduk tak jauh darinya.

'Srakk

"Maksud Lo apa?" Tanya Bastian menuntut. Menyerahkan kertas kontrak kerja perusahaan.

Galen hanya menatap. Melipat kedua tangannya diatas perut. Lalu menyandarkan punggungnya pada sofa.

"Buta? Atau gak bisa baca?"

Bastian berdesis. Menatap sinis lelaki didepannya ini. "Udah merasa sukses Lo?"


Galen tersenyum miring. Ia pun menegakkan tubuhnya kembali.
"Bukan urusan Lo."

'Brakk

Sosok yang lebih besar melempar map kasar pada meja. Menatap tajam lelaki yang begitu menyebalkan ini.

Kathréftis || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang