"Ikhlas kan rasa sakit mu. Jangan merusak jiwa mu sendiri."
.
.
.
.
.
.
.
.
❄️❄️Namun adakah sebuah kata maaf.
"Berdamai lah, Nak. Kamu harus tenang disana."
"Dendam ini bukan hanya milik ku."
"Hentikan semua nya. Kasihan dia."
"Dia juga yang membuat ku menderita."
**
"Kau yakin?"
Dua sosok pria. Duduk saling berhadapan. Menikmati acara bersantai yang cukup elegan.
"Dia anjing yang pernah menggigit tuannya." Satu pria dengan sebatang nikotin ditangannya menatap dalam.
Pria didepannya hanya melirik kecil. Lalu menatap segelas wine ditangannya datar. Ia terkekeh. "Anjing akan menggigit bila dia marah."
"Cukup beri makan dia sebanyak mungkin dengan apa yang dia suka. Lalu dia akan patuh."
Namun ini bukan tentang anjing.
**
"Siapa nama temen om yang tangani kasus itu?"
"Satya Widhibrata."
"Aku mau ketemu sama dia."
"Baik."
**
Kamar inap VIP. Sunyi, walau dua manusia nampak sibuk dengan pekerjaan nya sendiri. Nampak satu sosok yang terbaring dengan lemah. Netra yang terpejam erat. Dengan nafas yang teratur.
"Bagaimana Saga?" Tanya sosok yang kini mengalihkan perhatian pada Ipadnya.
"Dia berada dirumah salah satu temanya."
"Seberapa berpengaruh dia?" Bastian heran. Dia memang tidak menyelidiki teman-teman Saga terlalu jauh. Hanya tau mereka bukan dari kalangan rendah. Cukup tinggi.
"Ayahnya seorang polisi dengan pangkat tinggi." Jawab Tobi. Membuka profil seseorang dengan laptopnya. Lalu memperlihatkan seorang pria dengan tubuh gagah.
"Rendra Danuarta," beo Bastian. Membawa data diri pria itu. Lebih rinci, bahkan hingga siapa saja putranya.
"Gagal jantung?"
Tobi mengangguk singkat. "Seperti Saga, mungkin. Dia rutin check up dirumah sakit ini."
"Paksa dia pulang." Bastian tidak peduli. Lebih penting Saga pulang.
"Bagaimana?" Tanya Tobi. Agaknya dia ragu.
"Seperti biasa."
Sang tangan kanan hanya mengangguk. Lalu menghubungi bawahannya. Melancarkan aksi.
**
Raungan kegilaan. Aura dendam yang begitu terpancar. Rasa marah yang begitu besar.
"ARGHH.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kathréftis || End✓
Misteri / ThrillerManik sehitam malam yang begitu menyimpan. Bibir semerah Cherry yang enggan sekali terbuka. Rupa menawan, tetapi penuh luka. . . "Raga cuma mau Abang." Inilah dirinya. Sosok yang tidak pernah tau bagaimana rupanya. Tak peduli apa kata orang. Ini ada...