32. Ikatakan

555 41 0
                                    

"Ada Atma yang mengalir sama."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
❄️❄️

Konon katanya, bayi yang terlahir kembar memiliki satu anugerah. Sang anak yang diberi kekuatan langsung oleh tuhan.

Jiwa mereka suci, kuat, penuh oleh cahaya.

Ada sosok iblis yang mengatakan, "Nikmat."

**

"Serahkan anak sulung mu."

"Kau tau, ada yang lebih nikmat."

"?."

**

"Dek, kamu sekolah?" Sosok lelaki yang baru saja memasuki kamarnya bertanya.

Raga tidak menjawab. Sibuk mengancingkan kemejanya. Bastian pun mendekat. Membantunya memakai dasi lalu almamater.

"Pagi banget. Kenapa?"

"Gapapa."

"Ya udah ayo, sarapan dulu."

Keduanya pun turun, menuju meja makan yang terdengar ramai. Perlahan, hatinya memanas.

"Hahaha.. Anpun Bang! Ampun!"

"Sini Lo! Siapa suruh laknat!"

"Hehe.."

Canda mereka terhenti melihat datangnya dua sosok lain. Tobi yang sejak tadi duduk anteng bersama sarapannya pun hanya tersenyum manis menyapa Raga.

Raga duduk di kursinya. Disusul Bastian, diujung kiri ada Galen dan Saga.

"Mau susu?" Tanya Bastian lembut. Raga pun mengangguk samar.

"Ini Tuan Muda." Tobi menyerahkan saputangan yang telah dilipat tebal.

"Makasih," ujarnya lirih.

"Nah, makan yang banyak."

Ia pun segera makan, dengan pelan. Sesekali Bastian ikut menyuapi.

"Cih, manja."

Bastian menatap pemuda seusia Raga dengan satu alisnya naik. Bibirnya pun tersenyum tipis.

"Lama dibuang, ada yang haus kasih sayang."

Tobi hampir saja menyemburkan tawa. Segera dirinya pura-pura batuk. Saga pun diam dengan tangan terkepal. Galen hanya menatap datar.

"Abang, gak boleh begitu."

"Kamu ngerti apa hem?" Bastian menatap, sembari menyingkirkan piring kosong milik Raga.

"Bang gua berangkat." Saga bangkit, menyalami Galen setelahnya berlalu. Tak peduli lagi.

"Raga ingat," ujar Raga lirih.

"Ingat apa?"

"Kata Bunda, Abang pergi karena sakit."

Kathréftis || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang