17. Siapa?

868 66 7
                                    

"Ingatlah apa yang membuat mu bertahan hingga sekarang."
.
.
.
.
.
.
.
.
❄️❄️

Bagai sebuah film tanpa adanya akhir. Atau sebuah kilas balik yang seolah tak pernah diketahui. Juga seolah Dejavu dengan waktu.

Tak akan ada yang pernah tau bagaimana jalannya takdir. Kita hanya diminta untuk trus berjalan. Mengikuti langkahnya menuju sesuatu didepan sana.

Ia yang tak pernah bisa merasakan kasih sayang. Dibuang, hidup seolah hamparan padang pasir yang tak seorang pun enggan datang.

"Dia yang membuat mu hidup seperti ini. Dengan polos dia menipu semua. Membuat mu terbuang."

Hamparan padang pasir yang gersang. Hanya ada burung terbang cepat diatasnya. Seolah menjadi temannya. Namun sekarang, perlahan burung-burung itu berkurang.

Seseorang datang. Memburu burung sebagai temannya. Membuatnya perlahan kembali terbuang. Tidak memiliki seorang teman.

"Lalu Aku harus apa Nek? Dia pintar menipu, wajahnya begitu polos."

Tangannya menggenggam erat tangan yang sudah cukup banyak kerutan. Maniknya menatap begitu dalam.

Wanita tua duduk diatas kursi roda. Menatap dirinya dengan sendu. Rumah tua yang mereka tempati. Seolah menjadi saksi. Bagaimana pemuda tampan itu tumbuh.

Menjadi anak yang pemberani, namun penuh ambisi.

"Ambil hak mu kembali, kamu berhak atas kebahagian mu yang hilang."

Sebuah pelukan erat. Ia tersenyum samar, membuat kerutan diwajahnya bertambah. Mengusap punggung kokoh itu sayang.

❄️❄️

Ramai dengan canda tawa. Lupa dengan luka, atau lara mereka. Bersama, bercerita melepas luka.

"Eh gimana Nenek, Lo?"

Seseorang yang ditanya menatap. Tersenyum tipis lalu mengangguk.
"Baik, cuma gula darahnya naik."

"Nanti kita mampir deh, lama ga ketemu."

Bahunya naik seolah tak peduli. Kembali menyesap nikotin diantara jarinya. Membuat kepulan asap putih.

Ia menatap diam teman-temannya. Tersenyum kecil tanpa sadar, lalu menggeleng kecil. Kembali mendengarkan celotehan temannya yang lain.

❄️❄️

"Lo bajingan kecil sok lemah yang merusak segalanya!!"

Bibir merah Cherry yang terkatup rapat. Kepala menunduk dalam, dengan telapak tangan yang merasakan dinginnya lantai.

"Sialan!!"

'Brakk

Sebuah kursi ditendang sosok yang lebih besar darinya kuat. Lalu sosok itu pergi, meninggalkan dirinya sendiri. Yang diam, menatap hampa pintu kamarnya.

Satu tangannya meremas dada kirinya linu. Menahan nafasnya sendiri sesaat. Lalu perlahan bangkit. Terhuyung hingga hampir jatuh. Berjalan pelan menuju ranjang.

Kathréftis || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang