60. Nyata

624 58 5
                                    

"Dia datang. Bukan dengan kebahagiaan."
.
.
.
.
.
.
.
.
❄️❄️

Hening, ruangan itu senyap. Kenyataan baru.

De Gavrilo.

Memiliki tiga orang putra. Sebastian Stanley, sang putra sulung. Lalu Rizky Zahair Pratama, pemuda yang kini masih duduk di bangku SMA. Terakhir adalah Yasa Elfata. Usianya baru akan menginjak 6 tahun.

Anak yang manis dan lucu. Ia ceria, hanya saja terkadang cengen. Hal itulah, yang membuatnya sangat dilatih keras.

Sebutan keluarga gila memang benar. Selain karena mereka adalah bukan orang sembarangan. Tradisi dalam kelurga cukup aneh.

Ketika anak menginjak usia 7 tahun. Sesuatu tradisi. Dia harus diasingkan. Dibiarkan hidup dengan mandiri. Tanpa boleh bertemu keluarganya. Hingga usianya cukup. Dalam arti, ia sudah sangat pantas kembali. Membawa kebanggaan. Prestasi. Juga satu misi yang sejak kecil ditanamkan.

Bastian sudah menjalaninya. Namun kala usianya 20 tahun dirinya sudah diperbolehkan kembali. Karena gelarnya sebagai dokter muda dan pengusaha yang cukup berjaya.

Sang adik pertama. Rizky, dia diasingkan. Diberikan kepada sepasang suami istri yang tidak memiliki anak. Tidak ada pencapaian yang bagus hingga usianya sekarang. Dia anak yang cukup misterius. Sikapnya ceria. Namun tidak ada yang tau. Dia penuh akan dendam. Rasa marah akan orang tuanya. Tradisi gila.

Sering dirinya mendapat peringatkan karena belum juga memulai hal yang nanti dapat dirinya banggakan. Dia abai. Lebih asik bermain dengan temannya. Lepas kendali. Juga, alasan lain. Dirinya dibuang kala usianya 4 tahun. Tidak sama seperti tradisi yang seharusnya.

Sedangkan Yasa, sang adik. Usianya hampir 6 tahun. Namun belum juga diasingkan. Membuatnya semakin marah. Rasa cemburu. Dibedakan. Ia muak. Sering sekali menyakiti anak kecil itu kala tidak sengaja bertemu.

"Jelaskan? Kenapa? Apa lagi yang membuat mu marah?" Bastian bertanya menuntut. Nadanya ia buat agar tidak terkesan kasar pada adiknya.

Dia tau, Rizky sangat sensitif. Anak itu sebenarnya sangat mudah marah. Terlebih menyangkut keluarga. Rasa dendamnya besar.

"Sepertinya, adik kesayangan mu itu tau sesuatu." Jawabnya kelewat santai. Ia menyandarkan tubuhnya. Menatap semua orang datar.

Apalagi Bastian. Bibirnya tersenyum miring. Bila dikatakan siapa yang gila dalam keluarga. Orang pertama adalah Daddy-nya. Lalu dirinya. Semengerikan Bastian. Masih ada dirinya. Bagai arus tenang namun mematikan.

Sejujurnya Rizky sudah tidak peduli. Mau bagaimana keluarga nya. Kasih sayang mereka. Orang tua yang memihak Yasa. Lalu Bastian yang selalu fokus pada Raga. Dia tidak peduli. Hanya suka mempermainkan.

"Yasa? Katakan?"

Anak itu menunduk takut. Kedua tangannya saling bertaut. "A-aku, yang bantu kakak Raga keluar."

Semua orang terkejut. Jelas kecuali yang tau akan hal itu.

"Kenapa? Kamu tau sesuatu?" Kembali Bastian desak anak itu bicara. Ini permainan.

Yasa mengangguk kecil. Kepalanya mendongak. Menatap meja yang penuh akan kertas. Lantas tangannya menunjuk pada satu kertas.

Gambar tentang ritual gila. Ada orang ditengah lingkaran dan bintang.

Kathréftis || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang