"Mereka yang telah pergi. Tidak akan bisa kembali."
.
.
.
.
.
.
.
.
.❄️❄️
Sebuah panggilan, antara kematian dan kutukan. Bagai sebuah karma tanpa duka. Abadi.Hujan deras mengguyur kota. Langit begitu gelap. Sang guntur terus bersahutan. Berteriak diantara jutaan lara. Meraung keras.
Diantara keheningan kelas. Satu sosok yang menahan diri. Mencoba untuk tetap tenang. Gejolak dalam dirinya.
"Ada kita, sebentar lagi juga reda. Tenang, oke." Bahunya ditarik lembut untuk mendekat pada sosok disebelahnya.
Wisnu yang duduk didepan segera mencari tisu. Khawatir melihat wajah pucat Raga. Apalagi udara dingin, dirinya justru berkeringat.
Ini jam terakhir pembelajaran mereka. Namun kosong. Tidak ada anak yang keluar. Karena hujan yang begitu lebat. Bahkan terlihat sekali seperti petang. Apalagi petir yang terus bersahutan.
"Bantuin gua."
Juan dan Wisnu kompak menoleh. Saga berdiri disamping meja Juan dengan Fauzan. Pemuda itu menatap begitu dalam.
"Apa?"
Namun Saga tidak menjawab. Ia menatap Raga. Yang ditatap diam dengan pandangan kosong. Namun mengangguk kecil. Tangannya saling bertautan. Meremas satu sama lain.
Detik setelahnya alarm kebakaran berbunyi. Semua anak nampak terkejut. Mereka segera bangkit dari tempatnya.
"JANGAN ADA YANG KELUAR!!"
Teriakan Saga membuat mereka menatapnya. Beberapa anak yang ingin segera berlari keluar nampak terhenti.
"Lo mau mati ha!?" Seru salah satu anak.
Saga menatap tajam. "Silahkan keluar kalau kalian mau celaka."
"Aaaa.."
Kembali mereka terkejut dengan suara jeritan. Bahkan suara hujan kalah dengan itu. Begitu nyaring, terdengar dari lorong ujung. Suasana menjadi gaduh. Saga bergerak cepat menuju pintu. Menguncinya. Membuat beberapa anak marah. Beberapa bahkan ingin memukulnya.
"DENGERIN GUA SIALAN!!"
"Liat hape kalian! Ikuti kata gua kalau kalian mau selamat!"
Beberapa anak serentak melihat handphone. Pemberitahuan dari sekolah. Darurat, sekolah terdapat penyusup. Beberapa orang dengan pakaian hitam misterius nampak berlarian dilorong sepi.
Para anak perempuan memekik. Mereka ketakutan.
"Maksudnya apa?" Wisnu bertanya bingung.
Saga menatap, tatapannya serius. "Bastian, dia bilang orang-orang itu kemungkinan kelompok schädel." Ia menunjukkan handphone nya yang berisi pesan dari lelaki itu.
Jelas Bastian memantau sekolah Raga. Ia tau semua yang terjadi disekolah.
"Gila! Kenapa mereka!?" Dewa jelas terkejut. Dan tak habis pikir.
Saga menggeleng. Tidak ada waktu. "Tutup dan kunci semua jendela! Ganjal pintu pakek meja. Jangan biarin mereka masuk!!" Serunya memberi perintah segera. Jelas seperti apa yang Bastian perintahkan.
Awalnya tidak ada yang bergerak. Mereka masih tidak mengerti. Juga takut. Namun suara jeritan diluar membuat mereka tersadar. Kabur tidak akan mungkin. Sekolah menyuruh mereka segera mencari tempat sembunyi. Sebisa mungkin tetap didalam kelas. Bantuan dikerahkan untuk mencari orang-orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kathréftis || End✓
Misterio / SuspensoManik sehitam malam yang begitu menyimpan. Bibir semerah Cherry yang enggan sekali terbuka. Rupa menawan, tetapi penuh luka. . . "Raga cuma mau Abang." Inilah dirinya. Sosok yang tidak pernah tau bagaimana rupanya. Tak peduli apa kata orang. Ini ada...