"Aku dan dia bagai diantara dua dunia. Kita tidak akan bisa bersama."
.
.
.
.
.
.
.
.
❄️❄️🎧Simfoni Hitam~
Apa itu mimpi.
"Adek punya cita-cita nggak?"
Bahkan hanya sekedar keinginan kecil. Ia lupa. Apa yang dulu ia pertahankan. Apa yang dulu ia janjikan. Apa yang sejak dulu telah ia lewati.
Bahkan tidak ada lagi. Siapa dirinya. Ia bagai hilang ditelan laranya. Hancur.
Dokter Rio hanya memandang dalam pasiennya satu ini. Anak yang kuat sekali. Ia yakin pasti rasanya sakit.
Raga tidak hanya merasakan sakit batin. Fisiknya terus diserang. Ia seolah bisa menyerah kapan saja.
Sambil menyuapi ia sesekali mengajak bicara. Walau tidak dijawab. Setidaknya terus memberi dorongan agar pikiran anak itu tidak kosong.
Raga sudah jauh lebih tenang. Namun tidak bisa diremehkan ketenangannya. Dia pintar sekali menipu.
Tidak ada yang menjaga selain dirinya. Bastian tengah mengurus sesuatu katanya.
"Pinter banget Adek." Ujarnya dengan senyum tulus. Makananya tidak habis. Namun sudah cukup.
Kala ingin memberikan minum. Pemuda itu tetap tutup mulut. "Adek harus minum obat. Biar nggak sakit lagi."
Sorot kosong itu menatapnya. Membuat Rio memicing heran sesaat. Mata gelap yang memandang dalam. Beberapa butir obat ditangannya.
Dengan cepat tangan pemuda itu merampas obat ditangannya. Rio terkejut berusaha menahan. Hanya tersisa satu butir ditangannya.
Netranya membola terkejut.
"Raga! Muntah kan!" Dicengkeram dagu pemuda itu. Namun Raga justru memberontak. Berusaha menelan obat yang berhasil ia masukkan kedalam mulut.
"Raga! Jangan gila!!" Rio panik. Ia juga masih terkejut.
Kegaduhan didalam membuat beberapa penjaga diluar segera masuk. Membuat lelaki itu segera meminta bantuan.
Kedua tangan Raga dicekal. Terpaksa ia rogoh paksa mulut pemuda itu. Dengan bantuan satu orang lain untuk memegangi kepalanya.
"Ahrgg.." Rio mengerang kesakitan kala pemuda itu justru mengigit jarinya. Hal itu membuatnya melepaskan.
Ia menggeleng kecil. Pemuda itu menatapnya dengan gelap. Pandangan yang sulit diartikan.
'Cringg
Netra itu tertutup perlahan. Tubuhnya melemas. Penjaga merebahkannya hati-hati.
Rio masih berdiri ditempatnya tidak percaya. "Kalian keluar." Perintahnya yang langsung diikuti.
Setelah mereka keluar. Ia berjongkok mengambil satu butir obat yang Raga rebut sempat jatuh. Menyamakan dengan yang masih ada ditangannya.
Sama. Obat yang sama.
Dan ini adalah obat penenang yang Bastian temukan. Obat yang selalu diminum Raga. Ia jelas sangat terkejut. Jelas sekali dirinya yang menyiapkan obat. Tidak seperti ini harusnya. Bahkan sebelum memberikan ia masih memeriksa.
![](https://img.wattpad.com/cover/256392010-288-k233239.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kathréftis || End✓
Misterio / SuspensoRaga hidup dalam dunia yang tak pernah benar-benar memahami dirinya. Ia tak peduli dengan bisikan atau tatapan penuh tuduhan. Yang ia tahu, hanya satu hal yang membuatnya bertahan-Abangnya. "Hidup Raga bukan untuk mereka, Bang. Raga cuma punya Abang...