"Apa yang lebih mengerikan dari pada setan?"
.
.
.
.
.
.
.
.
❄️❄️Semburat jingga menghiasi langit. Lampu-lampu jalanan sudah lebih dulu menyala. Jalanan mulai lenggang dari jam orang-orang yang sibuk berkendara.
Raga sampai dirumahnya yang sepi. Tidak ada mobil Galen. Dan itu sudah biasa. Namun, lampu-lampu rumah sudah menyala. Memang otomatis, tetapi tidak semua.
Dengan tenang ia memasuki rumah. Menatap sekeliling sejenak. Maniknya pun berhenti pada pintu dapur. Sejenak mencium bau aroma masakan. Segara ia mendekat perlahan.
Dapat dirinya lihat, sosok wanita muda. Mungkin se usia Galen. Rambut yang disanggul, dengan aprom yang tersemat ditubuhnya.
Raga diam menatapnya yang sibuk menyiapkan makanan.
"Eh?" Wanita itu nampak terkejut melihatnya. Segara dirinya mendekat.
Membungkuk kecil sebagai sapaan. "Saya Azura, utusan dari Tuan Besar untuk membantu keperluan anda dirumah ini." Senyumnya yang terbit begitu manis. Bahkan kedua matanya menyipit.
Dapat Raga simpulkan, Azura wanita cerita dan aktif. Terlihat dia yang tidak begitu canggung. Raga pun hanya mengangguk kecil.
"Tuan Muda ingin makan atau butuh sesuatu?"
"Tidak, Raga mau ke kamar."
Azura mengangguk mengerti. "Baik, nanti saya panggil untuk makan malam."
Pemuda itu tidak menjawab. Hanya mengangguk lalu berbalik pergi. Meninggalkan wanita itu yang menatapnya dengan senyuman. Agaknya dia senang, Tuannya tidak banyak bicara.
Raga sendiri tidak langsung ke kamarnya. Dia berjalan keruang keluarga. Melihat beberapa pajangan yang terletak dibeberapa titik. Fokusnya pun pada satu benda. Segera ia mengambilnya dan menyimpannya dibawah meja televisi. Selesai ia naik ke kamarnya.
**
Malam hari, belum ada tanda-tanda Galen pulang. Raga pun tidak berharap untuk hari ini. Dirinya menatap perempuan yang tidak jauh darinya diam.
"Ini susu pisangnya Tuan Muda. Silahkan."
"Terimakasih. Duduk disamping Raga."
"Eh?" Azura nampak terkejut dan bingung. Ingin menolak tetapi ingat pesan Tuan Besarnya. Raga akan lebih senang makan ditemani. Tanpa memandang siapapun.
Dengan gugup dirinya duduk disamping pemuda itu. Diam menyaksikan Raga yang kini melipat saputangan lalu menggenggam ditangan kiri. Setelahnya mulai makan dengan pelan.
Lama dalam hening, Raga pun selesai. Segera wanita itu membereskan. Raga sendiri diam melihatnya.
Bukan tanpa alasan, pemuda itu nampak banyak berfikir. Agaknya Bastian lupa sesuatu dirumah ini. Pandangannya pun perlahan sendu.
"Kak!"
"Iya Tuan Muda?" Setelah selesai dia kembali mendekat. Menatap bertanya pemuda itu.
"Kamar Kakak dimana?"
Azura tersenyum manis kembali. "Ada di samping dapur. Anda bisa datang bila butuh sesuatu Tuan Muda."
![](https://img.wattpad.com/cover/256392010-288-k233239.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kathréftis || End✓
Misterio / SuspensoRaga hidup dalam dunia yang tak pernah benar-benar memahami dirinya. Ia tak peduli dengan bisikan atau tatapan penuh tuduhan. Yang ia tahu, hanya satu hal yang membuatnya bertahan-Abangnya. "Hidup Raga bukan untuk mereka, Bang. Raga cuma punya Abang...