61. Siapa kamu?

495 44 4
                                    

"Aku adalah jiwa yang masih dengan seribu dendamnya."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
❄️❄️

Gedung tua dengan dua lantai ditengah hutan. Tepat ditepi jurang laut yang dalam. Ruangan yang luas dan mengerikan.

Ratusan orang menyerbu masuk. Semua yang berada didalam nampak terdiam. Tidak ada reaksi apapun. Bak sebuah patung. Kecuali satu orang.

Bastian dan Tobi memimpin. Keduanya membawa senjata api sebagai penjagaan. Lima pemuda dibelakangnya.

Lantai dua gedung, sebuah aula besar. Orang-orang yang mereka duga sakte tersebut nampak terdiam kaku. Darah dan potongan tubuh berceceran. Bau amis darah begitu menusuk.

Namun bukan itu. Sorot lampu datang menyorot. Membuat ruangan menjadi terang.

'Cringg

Lonceng berbunyi.

Satu sosok dengan baju putih paling menonjol. Namun sudah banyak noda merah dibajunya. Surai gelapnya basah keringat. Aura kegelapan yang nyata.

"Ayah.." ujar salah satu pemuda. Dirinya sangat terkejut. Namun tak akan ada yang menjawab.

Sosok ayahnya. Kini sudah bersimbah darah. Tubuhnya tidak lagi utuh. Dan satu pria lain. Sosok yang kini mencabik habis kedua tubuh itu.

Perut pria itu ia bedah begitu saja. Dengan tangan kosong mengambil jantung segar itu. Lalu meremasnya mudah. Darah segar melumuri kedua tangannya. Baju yang penuh noda. Lalu wajah pucat yang terciprat darah.


Gerakan cepat, belati ditangannya menancap pada kepala pria yang dipanggil ayah itu. Lantas ia cengkram rambutnya.

Kepala yang sudah lepas dari badannya. Sosok pria yang kini tak bernyawa. Matanya bahkan tidak tertutup rapat.

Dia berdiri. Tatapannya begitu tajam. Menatap dua pemuda yang kini pucat pasi melihat aksinya.

Saga sudah tak mampu untuk muntah. Bahkan kali ini dirinya lebih terkejut. Sosok itu. Yang kini bagai monster. Randy bahkan menahan tubuhnya agar tidak roboh. Anehnya pemuda itu tidak merasa kesedihan melihat orang yang kini dihabisi dengan brutal didepan matanya.

"Raga.."

Jelas semua tau siapa itu. Namun apa yang mereka pikirkan jauh dari sebuah kenyataan.

Pemuda itu berbalik. Menatap gerombolan orang yang baru saja datang. Dengan tenang ia lempar kepala itu kepada salah satu dari mereka.

Reno terduduk lemas. Jantungnya terasa berhenti berdetak. Ayahnya, sudah tiada. Dengan keadaan yang tragis.

Ya, dirinya lah yang datang kediaman Raga ingin ikut mereka. Dia tau, sudah curiga tentang ayahnya yang mengikuti sakte itu. Apalagi Randy dan Saga yang hilang.

"Ayah.. hikss.. kenapa? Kenapa Ayah!?" Tangisnya pilu. Rasa sakit penghianatan bahkan lebih sakit dari kehilangan pria itu.

"Adek.." Bastian masih cukup terkejut. Bahkan sosok yang kini duduk dikursi kebesaran itu ia abaikan.

Mata gelap, penuh akan dendam. Rasa sakit yang dalam. Beralih menatapnya.

'Cringg

Kathréftis || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang