20. Mimpi

629 52 3
                                    

"Antara luka ku dan kalian."
.
.
.
.
.
.
.
.

🎧 -Dear Diary~✔️

Hanya malam yang penuh kabut. Gelap penuh dengan pengap. Langkah kaki penuh darah. Berjalan pada kegelapan buta. Tak tau harus melangkah kemana.

"Raga!?"

"Ragama!?"

Tubuhnya berputar melihat sekitar. Mencari asal suara yang memanggil namanya. Namun tak ada yang dapat ia lihat. Hanya kabut tebal.

"Adek!? Ini Bunda!"

"Bunda disini Dek!"

"Dek! Bunda disini!"

Semakin jelas suara. Langkahnya berlari tak tentu arah. Mengejar suara sang ibunda.

"Bunda!!"

"Bunda dimana!!? Bun!!"

Bahkan suaranya menggema. Entah tempat apa ini. Namun ia tidak berhenti berlari. Trus mengikuti suara yang memanggilnya.

Hingga silau cahaya membawanya pergi. Kini kakinya menampak rumput hijau. Darah yang mengalir sudah hilang. Kakinya bersih tanpa luka. Baju putih yang awalnya lusuh puh kini bersih.

Wajahnya berseri. Surai legamnya bergerak karena angin lembut. Tak ada lagi raut pucat.

"Adek?" Ia menoleh dengan panggilan itu.

Seorang wanita dengan gaun putih yang dipenuhi manik kristal. Surai hitam legam yang mirip sekali dengannya. Berdiri dibawah pohon yang begitu rindang. Dibawahnya penuh dengan bunga warna-warni.

Langkahnya mendekat pelan. Menatap lamat sosok itu. Yang kini tersenyum lembut padanya. Melambai kecil memintanya datang.

"Bunda?" Wanita itu mengangguk kecil dengan senyuman yang tak luntur.

Langkahnya semakin cepat mendekat. Berlari, lalu memeluk erat sosok itu. Begitu hangat, kerinduan yang sangat ia pendam.

"Ini beneran Bunda?" Tanyanya tak percaya setelah melepas pelukan.

Manik keduanya bertemu. Hatinya pun menghangat. Perlahan air matanya turun. Berlinang dengan derasnya. Hingga cari lentik milik sang Bunda mengusapnya. Tersenyum teduh, menatap maniknya begitu dalam.

"Duduk dulu Dek."

Keduanya duduk diatas rumput hijau. Maniknya masih tak lepas dari sang ibunda. Yang terlihat cantik nan anggun. Begitu tulus terlihat.

Wanita itu memetik sebuah mawar putih. Hanya kepala mawar tanpa tangkai. Tangannya menggenggam tangan sang putra lembut. Menyerahkan mawar itu. Menangkupkan seolah menjadi wadah.

"Adek dengerin Bunda."

Genggaman mengerat. Keduanya saling menatap. "Gak ada yang namanya manusia tanpa dosa. Mereka semua pernah melakukan kesalahan sekecil pun." Raga pun diam mendengarkan.

"Seperti mawar ditangan Adek." Ia pun melihat mawar ditangannya dengan bingung. "Dia putih, bersih, cantik. Namun Adek gak akan tau, ada ulat kecil didalamnya."

Kathréftis || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang