2. Mereka

2K 145 3
                                    

"Tak semua mampu menerima. Namun, tak seharusnya mereka melukai. Cukup diam, biarlah semua."
.
.
.
.
.
.
.
.
❄️❄️

Gedung tua yang nampak usang. Beberapa benda berserakan dimana-mana. Dua buah sofa usang panjang, juga beberapa kursi dan karpet.

Asap rokok dimana-mana. Botol, bungkus makanan, juga senjata tajam.

"Nih anak kenapa bisa sampe sini?"

Satu suara hadir. Pemuda itu berdiri menatap ketiga temannya. Juga, sosok yang terbaring tak sadarkan diri disalah satu sofa.

"Apa dia mata-mata anak Taruna?" Lagi, ia bertanya.

Mari berkenalan sejenak. Dia, Randy Resmana. Pemuda dengan tubuh tinggi, rambut lurus panjang. Kulit yang tidak seputih teman-temannya. Sifatnya kalem, tetapi bisa saja sangat memalukan.

"Tapi wajahnya cupu gini?"

Si tengil, Rizky Zahar Pratama. Jelas sekali bagaimana sifatnya. Jail, dan banyak berulah. Ia paling pendek diantara semua temannya. Rambut yang berwarna sedikit coklat. Dengan kulit putih bersih.

Keduanya pun menatap dua temannya yang lain. Satu dengan tampang datar. Dan salah satunya yang tidak peduli, tapi menatap tak suka.

"Trus gimana Ga?" Tanya Rizky pada satu pemuda.

"Mau dia mata-mata atau bukan, tapi dia masuk wilayah kita."

Sagara Prasaja, pemuda kasar dengan sifat keras kepalanya. Bahkan ia tak peduli pada wajah pucat Raga. Ia adalah ketua di kelompok ini. Jelas tidak menyukai apapun yang berbau musuhnya.

Mereka pun hening kembali. Randy berjongkok disamping Raga. Menatap lama wajah pucat itu. Tangannya pun terulur menyentuh kening. Panas, dan ia meringis miris.

"Ky, ambilin air anget sama kain dong. Dia demam keknya."

Rizky pun dengan segera pergi. Dan setelahnya pemuda dengan raut dingin mendekat. Merogoh setiap kantung seragam Raga.

"Lo mau ngapain?" Randy bertanya bingung.

Fauzan Adhilo Ravindra. Pemuda sengn raut wajah selalu datar. Mata tajamnya menyorot dingin. Namun sifatnya tak se kasar itu. Ia hanya sering tak peduli.

Pemuda itu tidak menjawab. Karena tak menemukan apapun, ia beralih pada ransel Raga. Mengecek semua dengan teliti.

Hingga, ia menemukan dua buah kartu. Dua tanda pengenal khusus.

"Lo dapat apa Zan?" Saga mendekat.

Keduanya pun terdiam. Manik Saga menajam. Menatap Raga yang masih tak sadarkan diri, tak suka. Bersama itu Rizky datang dengan baskom dan kain.

Saga pun bangkit. Merampas itu, lalu membuangnya kasar. Membuat ketiganya terkejut.

"Kenapa Lo buang?" Randy bertanya tak mengerti.

"Dia mata-mata Taruna!" Tunjuk Saga pada Raga. Marah, matanya menyorot tajam.

Fauzan pun menahannya. Memberi kode agar tetap tenang. Mereka pun hening seketika. Kembali ketempat masing-masing. Sedangkan pemuda dingin itu menatap lamat dan membaca berulang kalimat dalam kartu itu.

Kathréftis || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang