42. Alice Again

86.4K 8.5K 2.2K
                                    


Jadi gimana guys, mau ga kalau mas dosennya dijadiin versi novel?

~•••••~MAS DOSEN ~•••••~

Hari ini Faury bertugas menemani kakak iparnya dirumah lebih tepatnya di Apartemen miliknya, karena Bang Reyyan lagi ada tugas diluar kota selama dua hari kedepan.

Gadis itu sama sekali tidak mempermasalahkannya. Setelah pulang kuliah, ia langsung ke Apartemen tempat tinggal kakak iparnya.

Lagi pula Apartemennya juga berdekatan dengan Shezy, setidaknya kalau bosan ia bisa pergi ke apartemen sahabatnya.

Sudah terhitung sejak setengah jam yang lalu, Alice tidur nyenyak dalam kamarnya. Sedangkan Faury, menjaga Shella yang tengah aktif-aktifnya belajar berjalan dan bicara.

Faury sama sekali tidak mengeluh, karena selain ini permintaan Abangnya, juga merupakan perintah Bunanya.

Katanya Alice lagi hamil, harus dijaga dengan extra. Dan Shella yang lagi hiperaktifnya, harus dipantau bermain dimana-mana.

Tidak neko-neko, Shella bermain boneka diruang tamu, dengan Faury yang memperhatikannya sambil memakan cemilan, lesehan diatas karpet.

Faury mengambil ponselnya, berniat menghubungi sang suami yang kebetulan belum dikasih tau. Pasalnya sekarang, pak Azheff masih ada jam ngajar dikampus.

Terhubung.

"Hallo sayang, kenapa? Setengah jam lagi, mas sampai dirumah. Mau nitip sesuatu, hm?" Tanya seseorang diseberang sana, terdengar sangat antusias sekali.

Faury terkekeh geli, lalu menggeleng bodoh tidak sadar kalau pak Azheff tidak mungkin bisa melihat gelengan kepalanya.

"Enggak mas, aku-"

"Kenapa, kangen?" Sela pak Azheff.

Faury tertawa pelan, "bukan mas. Aku izin ya, jagain kak Alice sampai Buna sama papa dateng ke Apartemennya bang Reyyan, ntar malem."

"Ha? Maksudnya gimana, sayang?" Tanya pak Azheff tidak mengerti.

"Bang Reyyan lagi ada kerjaan diluar kota mas, jadi aku jagain kak Alice bentar."

Terdengar suara helaan nafas diseberang sana, kenapa harus istrinya coba? Begitulah fikiran pak Azheff kira-kira.

"Mas, " panggil gadis itu sembari melihat kelayar ponselnya, memastikan panggilan mereka masih terhubung.

"Mas nggak pernah ngelarang kamu jagain keluarga kamu ayy, tapi ingat kesehatan kamu juga. Mas nggak ikhlas, kalau kamu sampai kecepekan cuma karena nurutin permintaan mereka."

"Mas-"

"Mas lebih berhak atas diri kamu dari pada mereka Ayy. Gini deh, sekarang mas tanya, mas pernah nggak buat kamu ngeluh soal pekerjaan rumah? Mas nggak suka kamu dijadiin pembantu."

Jeda sesaat, Faury menarik nafasnya lalu membuangnya secara perlahan. Selama ini memang benar, pak Azheff tidak pernah memperlakukannya seperti keluarganya memperlakukan dirinya.

MAS DOSEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang