60. Epilog

103K 5.8K 1.1K
                                    


"Bikin sport jantung aja, tau nggak?"

Pak Azheff terkekeh lucu mendengar penuturan Faury. Ibu dua anak itu terlihat sangat menggemaskan sekali, menggunakan daster pendek ala rumahan. Ia memeluk istrinya dari samping, sembari mencuri beberapa kecupan singkat dikedua pipi perempuan itu.

"Jangan marah atuh. Eh tapi nggak papa deh Ayy, kamu imut banget kalau lagi marah gitu sama mas." Ujar pak Azheff sembari tertawa pelan.

Faury menghentakkan kakinya kesal, lalu memilih beranjak dari sana.

"Ayy..."

Pak Azheff tersenyum lebar, sembari mengikuti langkah kecil istrinya dari belakang.

"Sayang, tungguin mas dong."

Faury diam saja, ia benar-benar kesal dengan kejadian kemarin. Tapi suaminya malah terlihat santai-santai saja.

"Sayangggg..."

"Apasih? Jangan ikutin aku terus! Malem ini mas tidur dikamar anak-anak aja!"

Pak Azheff membulatkan matanya sempurna. Ia menggeleng keras, mana mau pak Azheff tidur jauh dari Faury, seumur-umur selama nikah belum pernah.

"Kamu nggak cemburu gitu, nanti kalau tiba-tiba tengah malem Aika minta peluk mas. Aika kan juga perempuan."

"Bodo amat mas! Aika kan masih kecil, udah gitu anak kamu lagi. Udah sana masuk kamar sebelah."

"Ihhh nggak mau sayang. Maapin mas ya, janji deh nggak bakal ngulangin lagi. Aaa, nggak bisa tidur kalau nggak meluk kamu."

"Lebay banget. Minggir!"

BRAKKK!

Faury menutup pintu kamarnya kuat, tidak peduli dengan pak Azheff yang masih meratapi nasibnya dibelakang pintu tersebut.

"Sayang, Aury, bukain pintunya dong Ayy."

"Lho, papa? Tenapa masi dicini?"

Pak Azheff membalikkan badannya, ketika mendengar suara bocah kecil yang terdengar mirip sekali dengan suara cempreng milik Faury.

"Aika? Kenapa masih belum tidur, nak? Udah jam berapa sekarang?"

Aika cengingiran tak jelas, tingkahnya persis seperti Faury. "Aika mau minum susu Mama, Pa."

"Ha?"

"Aika mau minta susu Mama, boleh? Boleh ajalah, ayo Pa temanin Aika."

Aika segera berlari kearah dapur diikuti oleh pak Azheff dari belakang. Bocah kecil itu tersenyum sumringah begitu mendapati susu Ultramilik kotak yang berjejer rapi didalam freezer.

"Ambilin pa, yang warna unyu."

Pak Azheff menggelengkan kepalanya berkali-kali, ternyata susu ini yang dimaksud oleh putri semata wayangnya itu.

"Enggak boleh sayang, nanti mama marahin papa kalau kamu minum susu ini." Ujar pak Azheff sembari mengusap kepala putrinya.

"Harus boleh pokoknya, Aika maksa! Huaa mama, papa jahat huaa..."

"Aika, hey sayang dengerin papa dulu."

Aika terus menangis histeris sambil guling-guling diatas lantai, tidak peduli dengan sang papa yang sudah kelimpungan sendiri berusaha mendiamkan.

"Aika, diem ya, ntar mama kebangun lho, kasian mama lagi istirahat."

"Ndak mau, huaaa.."

"Apasih ribut-ribut?!" Faury tiba-tiba muncul, menyaksikan drama anak dan sang suami.

MAS DOSEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang