Faury menatap papan tulis yang berada didepan nya, penuh dengan semangat empat lima.
Kali ini, ia memilih duduk paling depan, tanpa menghiraukan Shezy yang sedari tadi ngoceh mau duduk mojok paling belakang.
"Mudah ini mah," girang Faury, sembari memasukkan rumus-rumus yang rumit nya luar biasa, kedalam angka-angka yang bercampur huruf-huruf ajaib itu, diatas kertas coretannya.
Shezy bergedik ngeri, melihat Faury yang biasa nya bodo amat soal pelajaran, sekarang malah terlihat sangat antusias sekali, dengan mulut yang tengah berkomat-kamit membaca soal yang tertulis rapi didepan sana.
Satu kelebihan Faury, yang mungkin sangat minim kebanyakan orang tau, mahasiswi konyol itu sangat pintar dalam bidang angka permatematikaan apapun jenisnya.
Mungkin menurut orang lain itu sangat sulit dan rumit, namun jauh berbeda dengan gadis itu.
"Ini gimana caranya, Anjirr? Mumet bangett, otak gue sesak. Oksigen mana oksigen..." Lebay Shezy, sembari mengibas-ngibaskan rambut lurus sebahu nya.
Faury memutar bola matanya malas, lalu melanjutkan pekerjaan nya tanpa mempedulikan semua orang yang berada dikiri ataupun dikanannya.
"Ry," panggil Shezy pelan.
"Apa, Anjing?"
"Biasa aja, Setan! Gue minta jawaban nomor satu sampai sepuluh dong, bestiee." Cengir Shezy, sembari memamerkan gigi putih nya yang tersusun rapi.
Faury membulat-bulatkan kertas buram hasil pencarian acak nya tadi, lalu melemparkannya kearah Shezy dengan malas.
Gadis itu langsung tersenyum sumringah, tidak sia-sia mempunyai teman sepintar Faury.
"Zy, bagi-bagi dong." Bisik Ardhan, yang membuat Shezy memutar bola matanya, jengah.
"Bentar, gue buka dulu."
Ardhan mengangguk semangat, lalu diikuti oleh Ghino yang juga nimbrung disebalah nya.
"Cepatan buka dong mbak, udah lumutan nih kita nunggu nya." Sahut Ghino sembari menggigit ujung pulpen nya.
"Sabar, Anjing! Udah minta nggak sabaran lagi."
"Yeee, gue kan minta jawaban Faury, bukan punya lo juga. Nggak usah sok Iyeee deh Lo." Ujar Ardhan sembari mengedipkan sebelah matanya kearah Faury.
Faury bergidik ngeri, lalu melanjutkan tugas nya yang sempat tertunda.
"Apa sii, Anjingg? Ini jawaban nya yang mana? FAURY SYIALANDD!" Umpat Shezy tertahan dengan amarah yang berapi-api.
Faury tertawa geli, lalu langsung mengangkat sebelah tangannya, mengisyaratkan minta izin berbicara kepada seorang dosen yang tengah fokus pada layar laptop nya.
"Bu, saya sudah selesai!" Ujar nya enteng.
Dalam hitungan detik, semua atensi langsung teralih pada gadis itu.
Tidak heran lagi, kalau masalah hitung-menghitung belum ada seorangpun yang bisa mengalahkan kecepatan otak seorang Aghiera Faury Ananta.
"Anjayyy Faury," keluh Ardhan, sembari menatap lembar jawaban nya yang masih mulus, kosong tanpa ada coretan apa-apa, selain nama sama hari dan tanggal latihan mereka.
Dosen baru itu mengangkat sebelah alis nya heran, lalu melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya, baru dua puluh menit berlalu setelah memberikan soal-soal itu.
"Boleh dikumpul kan, Bu?"
Dosen cantik itu mengangguk ragu, pasal nya ini pertama kali ia mengajar dikelas kedokteran lokal Faury. Selain karena bukan tempat nya, ia juga hanya dosen pengganti untuk beberapa bulan kedepan.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAS DOSEN [END]
RomantiekWarning⚠️Bucin Area! "Mas," "Iya kenapa, hm?" Aduh, seketika jantung Faury berdegup kencang hanya karena mendengar kata, 'hm'. "Kenapa, sayang?" Ulang pria itu lagi. Kiuwpiuwpiww... Aghiera Faury Ananta, gadis yang kerap disapa Faury itu merupaka...