"Memaksa, adalah jalur yang kupilih untuk mempertahankan hubungan ini."
••••••
Sudah satu minggu tempat disisinya kosong. Faegan sebenarnya tidak terlalu perduli, tapi masalahnya mobil milik gadis itu masih terparkir rapi di depan rumah nya. Mobil dengan warna merah mencolok yang membuat nya sakit mata.
Faegan niatnya akan mengembalikan mobil itu ke rumah Jihan, namun dia tidak tahu alamat lengkap Jihan. Di sekolah ini pun Jihan tidak punya teman sama sekali yang bisa di tanyai alamat nya selain Bara, sayangnya Bara belum kembali dari menjenguk Rina.
Ah, Rina~ dia adalah satu-satunya orang yang betah berteman dengan Jihan. Saat ini dia di rawat di rumah sakit jiwa karena depresi dan gangguan mental yang cukup parah. Rina merupakan bagian dari teman-teman Faegan karena pernah berpacaran dengan Cakra yang sudah mereka anggap tetua.
Jadi di antara Faegan, Dion, dan Bara, pasti selalu menyempatkan waktu untuk menjenguk dan menemani nya selama sepekan agar Rina cepat membaik. Cakra? Dia bahkan tidak mau melihat wajahnya lagi karena kenangan pahit mereka.
Langkah kaki Faegan menuju Laboratorium seketika terhenti saat Bara datang dengan langkah lebar lalu langsung mencengkeram kerahnya. Matanya mantap Faegan nyalang, rahangnya mengetat tajam.
"Lo hampir bunuh Jihan!" suara Bara tinggi. Lalu sebuah pukulan dia layangkan hingga membuat sudut bibir Faegan berdarah. "Andai dia gak cepet-cepet di bawa ke Singapura, hari itu juga Jihan pasti meregang nyawa."
Bara sangat marah, matanya memerah dan urat-urat di lehernya menonjol dengan jelas. "Kalau sampe itu terjadi, lo bakal jadi orang pertama yang nyusul dia, gue pastiin itu," desis Bara.
Dion dan Cakra muncul dari belakang kemudian menarik Bara menjauh, memisahkan mereka. "Tenangin diri lo, yang penting Jihan sekarang udah baik-baik aja," kata Dion.
Cakra masih diam dan mengamati ketiga temannya. Dion baru kembali dari menjenguk Rina, sementara Bara juga baru kembali dari tempat Jihan di rawat. Begitu mengetahui keadaannya dari Vanno, tanpa fikir panjang Bara langsung memesan tiket dan menyusul Jihan ke Singapura, memastikan gadis itu baik-baik saja dan menemani nya hingga Jihan benar-benar membuka mata.
Setelah itu Bara langsung kembali ke Indonesia untuk memberikan pelajaran pada Faegan. Jihan memang tidak bercerita, namun Bara tau jelas jika Jihan akan melakukan apapun demi orang yang di cintai nya. Sudah pasti, penyebabnya adalah Faegan.
"Gini aja," Bara masih mengatur emosinya dan menunjuk Faegan. "Lo putusin Jihan, karena gue tau dia gak akan mau mutusin lo duluan."
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN CUEK!
Teen Fiction(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA) "Bisa gak sih kamu jangan cuek sama aku?!" "Ribet, mau putus?" Mengejar cinta pacarnya sendiri? Ini yang di alami Jihan Diana. Faegan Dirgantara bukanlah tipikal manusia dingin dan juga hemat bicara seperti di no...