24 - Maaf

102K 7.1K 2.3K
                                    

Maaf, ternyata ada bagian yg hilang di akhir. Jadi aku ulang lagi wkwkwkwk. Untung aja tadi baca ulang :')

Emangnya ada yang nangis baca bab kemarin?😭

Angkat tangan yang seneng aku update lagi!☝🏻

*****

"Jangan menghilang dari pandangan gue. Cukup bales gue, tapi jangan coba-coba buat menghilang."

-Faegan

****

"Paha lo dapet empat jahitan, paku nya bukan cuma bikin tergores tapi ternyata ngerobek kulit paha lo," ucap Dion. "Jadi sekarang jangan banyak gerak dulu ya, Han?"

Jihan mengangguk. Saat melempar pandangan ke kanan, sesosok pria dewasa dengan pakaian Dokter menyambut pandangannya, pria itu sedang berbincang dengan Cakra dan Bara. Dia adalah Dokter Aditama, Papa kandung Dion.

Sejak tadi Jihan sudah menyadari gelagat Dion yang tidak biasanya. Cowok itu sedikit pendiam, gerakan matanya pun tampak gelisah. Tangan yang berada di ranjangnya cukup tidak tenang dan bergerak kecil terus-menerus.

"Yon? Enak martabak manis atau martabak asin?" tanya Jihan tiba-tiba. "Gue suka yang asin. Gue benci martabak manis."

"Kaki lo yang kegores tapi otak lo yang luka, ya?" balas Dion tidak terima. "Martabak manis itu pemenang! Martabak asin mana enak di makan sambil minum kopi. Apalagi waktu hujan, beuuh! Terbaik!"

"Dih," Jihan mencebikan bibirnya. "Emang martabak manis ada telornya? Emang martabak manis ada yang spesial terus telornya dua? Gak ada kan! Kalah-kalah! Martabak asin pemenangnya!"

"Kalau martabak manis pake dua telor ya jadi martabak telor dong!" Dion mendengkus kesal. "Kita cocok, Han. Tapi selera kita tidak. Kamu terlalu asin untuk aku yang suka manis," Dion melipat tangan di depan dada kemudian membuang mukanya.

Jihan tergelak. "Walaupun selera kita gak cocok tapi gue masih bisa masak martabak manis."

"Serius?" Dion menyipitkan matanya. "Emang lo juga bisa bikin makanan kayak gitu?"

Jihan menepuk dadanya bangga. "Gue bisa masak segala hal di muka bumi," ucapnya membuat Dion membulatkan mulutnya kagum. "Asal ada tutorial YouTube," sambung Jihan lalu menyengir.

"Jihan!" kesal Dion membuat Jihan semakin tergelak sebelum akhirnya cewek itu meringis karena luka di sudut bibirnya. Tamparan kuat itu melukai wajahnya.

"Balik dari sini mau main ke rumah gue?" tanya Jihan. "Serius, gue bakal masakin martabak manis buat lo. Dion boleh request rasa apapun asal bukan kacang. Mau?"

Dion mengangguk semangat. Dia sangat suka masakan Jihan!

"MAU!" cowok itu menjawab semangat.

Aditama menoleh saat mendengar suara keras Dion. Bahkan di rumah saja Dion tidak pernah bersuara, saat bersama teman-temannya pun Dion juga tidak bersuara. Aditama selalu memperhatikan Dion yang semakin hari semakin pendiam. Sampai dia berfikir, apa perlu anaknya itu di bawa ke Psikiater? Aneh rasanya karena anak itu seperti bisu.

"Dion," suara berat Aditama terdengar. "Malam ini tidur di rumah. Mama dan Papa gak ada di rumah nanti. Kamu bisa dengan tenang menikmati keheningan yang kamu suka itu."

JANGAN CUEK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang