(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA)
"Bisa gak sih kamu jangan cuek sama aku?!"
"Ribet, mau putus?"
Mengejar cinta pacarnya sendiri? Ini yang di alami Jihan Diana.
Faegan Dirgantara bukanlah tipikal manusia dingin dan juga hemat bicara seperti di no...
"Bagaimana bisa aku memutar arah, padahal aku masih ingin searah?"
~Jihan Diana~
•••••••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jihan mencepol rambutnya asal, kemudian meletakan tasnya ke lantai lapangan. Gadis dengan jam tangan biru tua khasnya itu mulai melompat-lompat kecil untuk pemanasan sebelum mulai berlari mengelilingi lapangan.
Hal ini sudah seperti rutinitas untuknya.
Di hukum karna terlambat datang ke sekolah.
Bisa di bilang Jihan adalah ratu terlambat, dia lebih sering datang terlambat di banding tepat waktu. Bahkan sampai guru-guru sudah hafal di luar kepala. Untungnya gadis itu salah satu anak dari donatur terbesar di sekolah mereka, jika tidak, mungkin Jihan sudah di beri peringatan serius.
"Capek," gumam Jihan menghentikan larinya.
Matanya tanpa sengaja menatap ke arah koridor dan menangkap sosok yang membuat dia tersenyum hingga kedua mata kecilnya menyipit dengan cantik.
"Faegan!" panggilnya seraya melambaikan tangan.
Faegan terus berjalan tanpa berniat melirik Jihan sama sekali. Rupanya gadis itu sudah kembali seperti semula. Setelah sekitar satu minggu tidak menampakan diri dan menghindarinya, kini akhirnya Jihan mulai menyapanya seperti biasa.
Usai menyelesaikan hukumannya, Jihan buru-buru berlari keluar lapangan membuat guru yang sedari tadi mengawasinya langsung geleng-geleng kepala. Terkadang dia bingung, mengapa ada gadis yang memiliki semangat tiada ujung seperti Jihan?
Bahkan setelah memutari lapangan yang super luas, dia masih bisa berlari seperti itu.
Di lain tempat, Jihan melambatkan langkahnya dan sedikit mengendap-endap. Dia mendorong pelan pintu berwarna putih dengan tulisan XII IPA 1 di depannya. Gadis itu langsung tersenyum begitu dia bisa melihat sosok tadi dari sela-sela pintu.
Mengintip. Selain terlambat ke sekolah, kegiatan ini juga sudah menjadi rutinitas Jihan. Sebisa mungkin dia menyempatkan waktu untuk melihat Faegan di kelasnya. Karna jika sudah di lingkungan sekolah maka sangat sulit menemukan Faegan.
Laki-laki itu selalu berada di tempat yang tidak bisa Jihan tebak. Tentu Faegan sengaja melakukannya agar Jihan tidak menemuinya.
Senyuman Jihan luntur ketika pintu yang terbuka sedikit jadi terbuka dengan sangat lebar. Dia yang sedang membungkuk kini bisa melihat dengan jelas seragam bagian dada seorang laki-laki.
"Ngapain lo?"
Jihan menelan ludahnya kasar. Dia terlalu fokus menatap Faegan di sana sampai tidak menyadari jika pintu kelas ini sudah di buka oleh seseorang.