46 - Balas Dendam

50.8K 5K 7.3K
                                    

Hai! Gimana kabar kalian?

Aku ninggalin lapak ini sebulan karena banyak kesibukan. 17an, belum lagi ngurusin kuliah yg mana aku sendiri yg ngurus tanpa bantuan siapapun. Kemarin gap-year karena gagal masuk Negeri. Tim merah nih bos😎

Sesuai janji sebelumnya, aku akan hapus target vote. Jadi, happy reading!🖤


****


"Vani lagi donorin darahnya untuk Lolita di dalam," ucap Bara pada Faegan, saat ini mereka berdua ada di rumah sakit.

"Gue yakin bukan Vani, dia udah berubah."

Faegan tidak menanggapi ucapan Bara, cowok yang mengenakan hoodie hitam itu berdiri tegap dengan tangan terlipat di depan dada. Matanya menatap lurus dan nyalang, menunggu Vani keluar dari sana.

"Ikut gue!" tepat satu langkah Vani keluar, saat itu juga Faegan menyeretnya pergi hingga membuat orang tua Bara menatapnya kebingungan.

Bara berdecak dan segera mengikuti Faegan.

"Apaan sih! Sakit tau!" ucap Vani kesal.

"Jangan kasar bisa gak sih?!" protesnya.

Faegan menghempaskan tangan Vani dengan kuat saat sudah sampai di bagian sepi rumah sakit itu. Vani meringis, memegangi pergelangan tangannya yang perih.

"Jihan bener-bener gila bisa jatuh cinta sama cowok kasar kayak lo," cibir Vani. "Sakit, anjir!"

"Di mana Jihan sekarang?" tanya Faegan tanpa basa-basi.

Vani berdecak. "Mana gue tau! Emang gue emaknya?!" sinis Vani.

"Mamanya sendiri aja gak bakal tau dia ada di mana, apalagi gue?!" sewotnya, setelah itu Vani kembali berucap.

"Ya jelas sih, Mamanya udah gak ada. Sama kayak Mama gue." Vani terkekeh pelan.

Faegan rasa bukan Jihan, tapi Vani yang gila.

"Gue gak pandang bulu, meskipun lo cewek," Faegan mencengkram kasar kerah Vani.

"Lo yang selama ini pegang dan balesin chat di HP Jihan, kan?" desis Faegan.

Vani tersenyum lebar. "Siapa lagi kalau bukan gue?" katanya mengaku dengan bangga.

"Gimana rasanya Faegan? Gimana rasanya di sakitin dengan keji sama orang yang lo suka? Kasian gue sama lo, menderita banget ya? Disaat lo lagi butuh Jihan, tapi malah dapet balasan pesan yang jahat," Vani tertawa mengejek. "Huh, harusnya gue lebih kejam lagi," sambung Vani kecewa.

"Padahal dulu lo yang mati-matian ngusir Jihan, eh sekarang kebalik," tawa Vani semakin menjengkelkan.

"Siapa yang ngira Faegan bisa ngemis-ngemis dan buang harga dirinya cuma demi dapet satu pesan balasan? Gue puas banget udah ngerjain lo, balas dendam yang menyenangkan."

Cengkraman Faegan semakin menguat. Vani langsung merintih.

"Gue hampir kasian sama lo, tapi sekarang gue gak sudi. Lo emang pantes dapetin semua ini," ucap Faegan.

"Dibuang Om Vanno, ditinggal Mama tercinta. Lebih kasian mana sama gue, hm?"

Faegan sedikit tersenyum. "Gue masih punya sahabat-sahabat gue, adik, dan juga Mama tersayang. Sedangkan lo? Lo punya siapa? Lo gak punya siapapun sampai jadi benalu di keluarga Bara!"

Vani mengepalkan tangannya. "Jaga mulut lo!"

"Gue penasaran lo bayar tempat tinggal pake apa, tapi hari ini gue tau," Faegan terkekeh.

JANGAN CUEK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang