53 - Keputusan

66K 5K 6.5K
                                    

"BANG DION!"

Saat pintu rumah Faegan terbuka, yang pertama kali menyambut adalah Feyla. Dengan rok pendek hitam dan atasan merah muda, Feyla tersenyum manis pada Dion seraya mengedip-ngedipkan matanya genit.

Hari ini Faegan mengajak semua temannya untuk datang ke rumah, terkecuali Bara.

Semua orang tertawa. Beberapa hari lalu terbongkar suatu hal mengejutkan. Saat Cakra membalas pesan-pesan mantan Dion sesuai permintaan pria itu, Cakra menemukan sesuatu. Dia tidak sengaja masuk ke aplikasi game milik Dion. Rank laki-laki itu membuat Cakra tercengang setengah mati, tidak menyangka jika Dion selama ini diam-diam seorang gamers hebat. Peringkatnya ada di level tertinggi.

Saat Feyla mengetahuinya, gadis itu langsung gencar mendekati Dion dengan berbagai sikap manis. Dia bahkan mengubah penampilannya. Semua itu Feyla lakukan agar Dion mau membawanya keluar dari dunia kelamnya dalam kekalahan game sialan tersebut.

Feyla merangkul lengan Dion. "Bang Dion pasti laper kan? Fey sama Mama udah masak loh untuk Bang Dion, spesial pokoknya," ucap Feyla dengan suara yang di lembut-lembutkan.

Dion mengernyitkan keningnya. "Neng, lo lagi cacingan?"

Feyla menggeleng. "Fey lagi jatuh cinta sama Bang Dion. Fey baru sadar kalau Bang Dion itu ganteng, menawan, gagah, perkasa, tipe Fey banget!"

Dion semakin ngeri. Dia langsung menatap Faegan. "Gan, adek lo mau nyusul Rina kayaknya."

Feyla tetap mempertahankan senyuman manisnya. "Ayo masuk, Bang Dion. Fey udah pel seluruh lantai biar Bang Dion bisa jalan dengan nyaman."

"Faegan, itu beneran adek lo?" Lili menganga. "Emang iya? Emang boleh? Kok gak mirip sifatnya."

"Apa yang beda?" Cakra menyahut.

Lili menatapnya. "Gini beb. Adeknya cerah banget sampe aku silau. Lah, abangnya?" Lili menunjuk Faegan. "Suram banget anjir."

Faegan menatapnya dingin. Saat ia hampir maju ke Lili, Cakra sudah memasang tubuh dan membalas tatapan Faegan tak kalah tajam.

"Jangan," ucap Cakra penuh penekanan. "Kalau lo gak mau kena bogem gue lagi."

"Bogem gue dulu! Jangan berani lo sentuh cowok gue!" suara Jihan terdengar. Ia memelototi Cakra sebelum menarik Faegan bersamanya.

Cakra geleng-geleng kepala. Jihan tidak pernah berubah. Ia selalu menjadi harimau mengenai sesuatu yang berkaitan dengan Faegan.

"Ngapain bengong? Masuk."

Suara Cakra menyadarkan Lili dari lamunan. Gadis itu melebarkan senyum dan segera mengikuti Cakra dengan semangat.

"TUNGGU AKU SAYANG!"

Cakra berdecak. "Pantes temenan sama Jihan. Sama-sama gila," gumamnya.

Mereka semua berkumpul di meja makan.

Dissa tersenyum hangat saat melihat semua remaja yang masih mengenakan seragam itu makan dengan lahap sambil sesekali tertawa riang. Dissa harap pertemanan dan keakraban mereka ini akan berlangsung lama.

"Ini adalah masakah terakhir Tante untuk kalian, gimana rasanya? Enak?" tanya Dissa. Semuanya langsung terdiam mendengar itu.

"Maksudnya apa Tante?" tanya Dion.

Dissa tersenyum. "Minggu ini Tante akan pindah ke Makassar. Perusahaan inti Om Randu ada di sana dan sekarang Om Randu gak ada untuk mengurusnya. Tante harus turun tangan langsung. Feyla dan Faegan masih muda untuk lakuin itu. Sementara biar Tante yang jalanin perusahaan."

Semuanya semakin terdiam terutama Jihan. Dion langsung melirik Feyla, gadis itu tetap makan tanpa berani menatap Dion. Terlihat sekali jika dia hanya sedang berpura-pura tenang.

JANGAN CUEK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang