Hai hai!Absen dulu disini = Hadirr!!
*****
"Dulu Bara, sekarang Cakra, besok-besok siapa lagi yang mau lo deketin, Han? Papa gue? Please, Jangan kecentilan." -Faegan Dirgantara
*****
"Alena itu orang yang kaya mana?" Jihan melempar tatapan ke samping pada Faegan. Cowok itu sedang meletakan sebuah nampan berisi susu di samping nakasnya.
"Kenapa tiba-tiba nanyain dia? Mau cari penyakit?"
"Penasaran," jawab Jihan lalu beranjak duduk di pinggir ranjangnya. "Wajahnya pasti mirip Alexa, tapi gue pengen tau lebih banyak."
Faegan tampak berfikir. "Dia mirip sama lo, sok kuat, sok hebat, tapi taunya cengeng. Hatinya lemah dan mudah ngalah, keliatannya aja tegas padahal gak berprinsip. Dia dengan mudah relain gue buat kembarannya cuma karena takut kembarannya yang polos dan lugu itu sakit hati. Bego kan?"
"Terus kenapa lo mau-mau aja sama Alexa?"
"Karena permintaan Alena," jawab Faegan membuat Jihan menatapnya datar.
"Tolol," gumam Jihan dengan suara pelan.
Faegan duduk di sebelah Jihan. "Alena beda sama Alexa. Alena jarang senyum padahal senyumnya indah banget. Dia jahatin Alexa tapi di belakang ngelindungin dia, gue selalu kagum sama seberapa kuatnya dia."
Melihat tatapan Faegan yang begitu berbinar, Jihan pun mengalihkan tatapannya dengan sedikit rasa berat di hatinya.
"Kenapa Alena meninggal?"
"Bunuh diri."
Faegan menatap Jihan yang tidak memandangnya sama sekali. Ia meraih dagu Jihan dengan jarinya agar mereka bertatapan. "Persis dengan yang lo lakuin di kolam itu," ucapnya. "Bisa gak berhenti buat gue khawatir? Gue gak pernah tenang satu hari pun sejak ninggalin lo."
"Yang minta di khawatirin siapa?" Jihan menepis tangan Faegan kasar. "Gue bisa jaga diri sendiri."
Jihan berdiri, berjalan keluar dari kamarnya karena enggan bersama Faegan. Namun cowok itu langsung menyusulnya, mengikuti Jihan dari belakang dengan tatapan yang cukup intens. Tanpa menoleh, Jihan bisa merasakan bagaimana mengerikan cara pria itu melihatnya.
Tiba-tiba Faegan bersuara. "Kenapa lo bakar semua barang yang berhubungan sama gue?"
Jihan menegang. Kakinya berhenti di pertengahan tangga. Bagaimana Faegan bisa tau? Jihan yakin sekali dia memastikan api besar waktu itu sudah menghancurkan semuanya.
"Untuk hapus lo dari hidup gue," jawab Jihan. "Bukannya itu gak perlu di tanya? Lo berharap gue nungguin lo lagi? Lo mau gue ngejer-ngejer cinta lo lagi kaya dulu? Jangan mimpi Faegan. Gue gak akan--- AAAAA!"
Jihan memekik saat Faegan menggendongnya secara paksa kemudian membawanya kembali ke dalam kamar.
"Gue balik bukan untuk denger penolakan," ujar Faegan meletakan Jihan di kasurnya. "Gue balik untuk ketemu lo."
"Gan, gue bakal lapor Kakek supaya lo gak bisa masuk rumah ini sesuka hati!" Jihan menatap tajam. "Udah bagus lo pergi, kenapa harus kembali?" sinisnya membuat tatapan Faegan berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN CUEK!
Novela Juvenil(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA) "Bisa gak sih kamu jangan cuek sama aku?!" "Ribet, mau putus?" Mengejar cinta pacarnya sendiri? Ini yang di alami Jihan Diana. Faegan Dirgantara bukanlah tipikal manusia dingin dan juga hemat bicara seperti di no...