7 - Perasaan Apa Ini?

91.7K 6.6K 316
                                    

"Bukan menyerah, aku hanya istirahat untuk tetap bertahan."

••••••

"Tumben Kak Jihan gak bisa di hubungin," Feyla menghela nafas seraya menunggu deringan di seberang sana berubah menjadi suara Jihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tumben Kak Jihan gak bisa di hubungin," Feyla menghela nafas seraya menunggu deringan di seberang sana berubah menjadi suara Jihan. Pada akhirnya Feyla menyerah. "Ma, Kak Jihan gak angkat lagi," adunya kesal.

Dissa mengernyitkan dahi khawatir. Matanya menatap sebuah surat undangan mewah di tangannya. Undangan pernikahan orang tua Jihan satu hari lagi.

"Papanya menikah dengan Tiara," gumam Dissa. "Tiara adalah penyebab Mama dan Papa Jihan bercerai, dan gak lama setelah itu Mama Jihan meninggal karena bunuh diri. Jihan pasti sedang hancur sekarang, Mama gak bisa diam aja. Fey, ayo kita temuin Jihan di rumahnya," ajak Dissa lalu berdiri.

"Ayo!" Feyla menyetujui segera. Sudah dua hari dia kehilangan kabar Jihan dan itu berat untuknya. Jihan sangat dekat dengan Feyla. Teman curhat, teman telpon, pokoknya dia selalu menghubungi Jihan setiap hari. Hanya Jihan yang tidak muak mendengar cerita Feyla yang terus di tolak para cowok dengan alasan yang sama.

"Lo kekayaan Fey! Gue malu pacaran sama lo!"

Iya. Semua cowok di sekolah Feyla memang bajingan.

"Tapi, Ma ... kita gak tau alamat lengkap Kak Jihan. Kita cuma tau alamat Kakeknya. Surat undangan ini pun dikasih sama Vani, temennya Bang Faegan."

"Kalau gak salah inget kata Abang dia suka sama cewek namanya Vani. Apa ini orang yang sama?" tiba-tiba tangan Feyla mengepal. "Kalau sampe setelah ini Kak Jihan kenapa-napa, aku gak akan izinin dia sama Abang!"

Dissa terdiam. Kemudian matanya melihat Faegan yang menuruni tangga dengan pakaian sekolah.

"Bang? Kasih tau Mama alamat rumah Jihan."

Faegan membeku, dia membenarkan letak tas dibahunya. Entah mengapa ekspresi wajahnya terlihat buruk. "Mama jangan berurusan lagi sama dia, kita udah gak ada hubungan apapun lagi sama cewek itu."

"Maksud Abang apa?" tanya Feyla.

Faegan tersenyum sinis. Dia mengingat kejadian di pemakaman kemarin. Kurang dari satu menit Faegan memeluk Jihan, gadis itu sudah mendorongnya kasar lalu berlari menuju Bara di belakang mereka. Seakan takut Bara salah paham pada mereka.

"Jihan milih untuk tunangan sama temen kecilnya, Bara," ucap Faegan. "Acaranya barengan dengan pernikahan Papanya besok."

"Terus? Kamu diam aja? Kamu terima pacar kamu direbut teman kamu sendiri?" tanya Dissa. "Setelah kehadiran Jihan selama ini, apa kamu rela kehilangan dia gitu aja?"

"Bener! Lagian kalian juga udah di jodohin waktu itu meskipun gak resmi!" sahut Feyla.

"Mama, Fey," panggil Faegan. "Aku udah lama mau bebas dari kekangan Jihan. Udah ya? Jangan paksa aku lagi, aku gak cinta sama dia. Kalaupun dia nikah besok juga aku gak akan perduli."

JANGAN CUEK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang