20 - Bukan Kamu

73.5K 5.9K 2.1K
                                    

Cepet bgt tembusnya, keren para Jeder!🥰

****

"Bukan lo yang gue mau, Jihan ... maaf."

-Faegan

****

"Masih sakit, Han?" Dion bertanya ngeri. Bekas cakaran di pipi Jihan lumayan parah. "Maaf ya, harusnya gue dateng lebih cepet. Lo selalu nyelamatin gue, tapi gue selalu terlambat," ucap Dion menyesal.

"Dion udah nyelamatin gue, kok," ucap Jihan menunjuk pipinya sendiri. "Kalau Dion yang ngobatin pasti cepat sembuh. Soalnya lo punya darah seorang Dokter. Iya kan?"

Dion tersenyum. Orang tuanya memang pasangan Dokter. Meski Dion membenci mereka, tapi Dion tidak membenci pekerjaannya. Dion tetap ingin menjadi seorang Dokter. Jihan ternyata mendukungnya. Hal itu membuat Dion semakin menyesal, Jihan adalah beberapa orang yang sangat baik padanya.

Tatapan Dion jatuh ke kanan.

Jihan langsung sadarkan diri setelah keluar dari kolam, sementara Vani masih pingsan di ranjang sebelahnya. Mereka berdua kini memang berada di ruang kesehatan sekolah.

Tatapan Dion berpindah ke kiri Jihan, dia menghela nafas berat. Jihan saja yang habis tenggelam langsung duduk manis, sedangkan Cakra sudah tidur lelap karena katanya kelelahan. Bos galak itu memang paling males gerak daripada mereka. Itu sebabnya dia memilih panahan karena tidak melelahkan selain harus fokus dan konsentrasi.

Faegan masuk membawa seragam ganti Jihan. "Ganti baju lo, pakaian renang itu terlalu sesak."

Setelahnya Faegan berjalan ke Vani, dia duduk lalu berusaha menyadarkan Vani dengan menepuk pipinya pelan. "Vani? Hei?"

Tak lama kemudian Vani mengerjabkan matanya pelan. Tatapan matanya yang terbuka langsung melebar, pupilnya menyusut karena rasa takut. Dia bangun lalu memeluk leher Faegan secara tiba-tiba. "Gan, gue takut!"

"G-gue gak ngerti kenapa Jihan bisa dorong gue ke dalam sana!" Vani menangis sesenggukan. "Gue kira gue gak akan bisa ngeliat dunia lagi!"

"Anjing," umpat Dion. Harusnya dia biarkan saja Vani tenggelam di sana. Padahal jelas-jelas Dion melihat mereka tercebur bersama dengan tangan Vani yang menjambak rambut Jihan.

"Jangan," Jihan menggeleng saat melihat Dion akan berbicara. Cewek itu tersenyum menenangkan. "Kita liat nanti Dion, siapa yang benar dan siapa yang bohong."

Cakra membuka mata karena mendengar tangisan Vani yang berisik. Cowok itu kesal karena tidurnya terganggu. Cakra meraih sepatu miliknya lalu melempar benda itu hingga membuat pelukan Faegan dan Vani terlepas.

"Ribut di luar, gih. Gue pengen tidur," ucap Cakra mengusir dengan dagu mengedik ke arah pintu.

Cakra kembali berbaring setelah menyumpal telinganya dengan tisu yang dia gumpalkan. Berenang membuatnya benar-benar mengantuk berat.

"Maaf, Cakra," ucap Vani tidak enak.

Vani kembali menatap Faegan. "Makasih ya Faegan udah nyelamatin gue. Gue bener-bener berterimakasih sama lo. Gue---"

"Faegan nyelamatin Jihan. Lo di selamatin Cakra," sela Dion.

"Oh," ucap Vani lemas. Cewek itu diam-diam mengepalkan tangannya. Jika begini, sia-sia saja dia hampir mati. Jihan pasti malah senang karena Faegan lebih memilihnya daripada Vani.

JANGAN CUEK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang