"Kalau Faegan bisa bagi sedikit kehangatan itu, maka aku yakin gak butuh hal apapun lagi."
~Jihan Diana~
••••••
Faegan memasuki rumahnya. Melihat sekeliling yang kosong, dia lalu melanjutkan langkahnya ke lantai dua untuk mencapai kamarnya. Helaan nafas kasar terdengar, Faegan mengacak rambutnya frustrasi.
Kehadiran Jihan di kelasnya membuat dia benar-benar tidak nyaman. Sudah bagus selama ini Jihan tidak mengganggunya dengan imbalan hubungan mereka tetap bertahan. Tetapi apa yang di lakukan gadis itu sekarang?
Dia jelas melakukan hal sia-sia yang justru membuat Faegan makin muak kepadanya. Memperbaiki hubungan, huh? Faegan malah semakin ingin menghancurkan hubungan sialan ini.
Siraman air dingin dari shower di kepalanya membuat Faegan sedikit rileks. Otot-ototnya yang menegang selama di sekolah sedikit mengendur. Andai tidak ada Vani di sana, mungkin Faegan lebih memilih pindah sekolah agar tidak bertemu Jihan lagi. Ini semua benar-benar memuakan.
Mungkin awalnya memang Faegan lah yang lebih dulu tertarik pada Jihan. Sikap berani dan tatapan matanya yang tajam seperti tidak takut pada apapun membuat Faegan menaruh perhatian lebih pada Jihan. Tetapi itu dulu, sebelum dia tau betapa busuk dan menjijikkannya sifat gadis itu.
Suara air di kamar mandi lenyap, Faegan melilit pinggangnya dengan handuk sebelum menuju walk in closed, ketika sedang memilih pakaian, pandangan Faegan terpaku pada sebuah benda. Dia hanya tersenyum sinis.
Jam berwarna biru, persis yang selalu di kenakan Jihan. Bedanya milik Faegan berukuran lebih besar. Sekali melihat pun orang-orang akan tau harga fantastis di balik benda sederhana itu. Barang couple itu Faegan beli ketika menembak Jihan dulu.
Faegan memasukan kembali benda itu ke kotaknya kemudian menaruhnya ke dalam salah satu lemari. Dia keluar dari kamar setelah selesai berpakaian.
"Weh Bang!" gadis cantik dengan jepit warna-warni di kedua sisi rambutnya memanggil Faegan dari meja makan. "Kuy makan malem, menu malem ini spesial banget."
Faegan menarik kepala gadis itu, menghadiahi jitakan di keningnya sebelum melingkarkan tangannya di leher kecil itu hingga empunya memekik.
"Kamu ngacak-ngacak lemari abang lagi kan, Fey?" seru Faegan lalu menguatkan tangannya di leher Feyla. "Baju Abang berantakan, jam Abang keluar dari kotaknya. Udah Abang bilang berapa kali buat jangan masuk kamar Abang, hah?"
"Gue bisa mati, Bang!" Feyla mengap-mengap, memukuli lengan kekar yang memiting lehernya. "Gue cuman pinjem hoodie lo doang, elah! Pelit banget."
"Kamu punya hoodie."
"Punya lo lebih bagus!" kata Feyla. "Baju Abang bagus semua kenapa sih? Baju di kamar gue rok doang sama gaun-gaun najis. Ewh."
Feyla menjerit mendapati sentilan di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN CUEK!
Fiksi Remaja(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA) "Bisa gak sih kamu jangan cuek sama aku?!" "Ribet, mau putus?" Mengejar cinta pacarnya sendiri? Ini yang di alami Jihan Diana. Faegan Dirgantara bukanlah tipikal manusia dingin dan juga hemat bicara seperti di no...