11 - Makan Malam

74.6K 5.5K 828
                                    

"Gue bukan gak mau kehilangan Jihan, gue cuman belum siap kehilangan fans paling fanatik gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue bukan gak mau kehilangan Jihan, gue cuman belum siap kehilangan fans paling fanatik gue."


****


"Bang, sejak kapan lo jadi banci?" Feyla menatap Faegan yang mengenakan sweater merah muda dengan gambar hati. Adiknya itu meringis jijik. "Gak cukup jadi cowok brengsek, sekarang mau coba jadi cowok kue juga?"

"Ini punya Jihan, baju Abang basah," balas Faegan. "Jangan ngomong kasar sama Abang kamu Fey. Udah di bilangin berapa kali sih?"

"Heleh males banget punya Abang gak jelas. Mending gue jadi adek angkatnya Kak Jihan aja," kata Feyla lalu menarik sweater yang Faegan kenakan. "Buka cepet! Ini punya Kak Jihan! Nanti kotor!"

"Jihan yang ngasih, kenapa kamu yang sibuk," Faegan menatap kesal adiknya. "Nanti Abang balikin sendiri, kamu jangan khawatir."

"BUKA! BARANG KAK JIHAN ITU SUCI! TERNODA SAMA LO NANTI!" Feyla menarik paksa dan menjinjit-jinjit berusaha melepaskan benda itu dari tubuh Faegan.

"Fey, kamu ngapain?" Randu menarik putrinya yang kini sudah menjambak rambut tebal Abangnya. "Anak gadis gak boleh kasar gitu, ya? Papa gak suka."

"Itu, suruh orang itu lepas bajunya. Biar aku yang balikin ke Kak Jihan," kata Feyla.

Faegan menghela nafas. Semenjak kehadiran Jihan di keluarganya, Feyla memang jadi seperti ini. Dia selalu kesal pada Faegan dengan alasan jika Faegan menyakiti Jihan kesayangannya. Kini Faegan yakin dia bukan lagi Abangnya di mata Feyla, melainkan pria jahat yang menyakiti gadis yang Feyla puja.

Randu menatap Faegan. Barang perempuan yang putranya kenakan membuat Randu menyipitkan mata. "Tumben kamu terima di beri pakaian seperti itu?" tanya Randu. "Biasanya kamu lebih memilih minum kopi daripada mengenakan warna itu."

Faegan sangat membenci kopi melebihi apapun. Dia benci aromanya, dia benci warnanya, bahkan Faegan benci uap yang di keluarkan dari kopi yang diseduh. Sebenci-bencinya Faegan pada kopi, pria itu jauh lebih membenci warna merah muda. Aneh saat melihat Faegan memakai warna itu tanpa terlihat risih.

"Aku di paksa. Papa tau gimana cewek itu. Dia selalu maksain kemauannya gak perduli apapun," jawab Faegan. "Jihan selalu kaya gitu dari dulu."

Randu menghela nafas. "Pergi ke halaman belakang, teman-teman kamu menunggu sejak tadi."

Bola mata Faegan melebar. Dia segera pergi dan memastikan apa yang Randu katakan. Cowok itu berdiri tidak percaya ketika melihat Dion, Cakra, bahkan Bara turut ada di halaman belakang rumahnya. Cowok-cowok itu tampak tertawa renyah menanggapi lelucon garing Dion. Faegan tersenyum tipis, dia fikir mereka tidak akan lagi mau berteman dengannya.

"Woi Faegan! Berdiri aja disitu, buruan kesini! Kita semua nunggu lo lama banget, anjir!" panggil Dion.

Faegan terkekeh lalu segera mendekat.

JANGAN CUEK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang