37 - Vote

66.7K 6.1K 3.8K
                                    


SIAPA YANG NUNGGU UPDATE?!☝🏻

JANGAN CEPET-CEPET DONG TEMBUSNYA, MASA AKU JADI UPDATE TIAP HARI SIH😠

*****

"Well, selamat tinggal Jihan."
- Vania Alara

*****


"CAKRA DENGERIN AKU DULU! AKU JANJI GAK LAMA!"

Dion dan Bara menoleh ke belakang, masih pagi dan Rina sudah bisa mengeluarkan teriakan sebesar itu. Dia tidak lelah sama sekali meski Cakra juga tidak lelah untuk mengabaikannya.

"Cakra aku gak salah! Aku gak sengaja lakuin itu ke Jihan!" Rina membela dirinya. Beberapa hari ini hubungan dia dan Cakra membaik, namun semuanya seketika hancur lebur saat Cakra tau siapa yang menusuk Jihan.

"Rin, gue masih baik untuk gak maki-maki lo. Tolong jangan cari ribut," Cakra mengusap wajahnya kasar. "Bahkan gue bisa benci sahabat gue, apalagi itu lo!"

"Jihan itu seberapa berartinya sih sampe kamu segininya?!" tanya Rina. "Jihan dan aku sama, Cakra! Gak seharusnya kamu beda-bedain aku dan dia! Perlakuan kamu ke dia lembut, sedangkan ke aku?!"

Rina berdecih sinis. "Aku pergi gak terlalu lama, tapi kamu dengan mudahnya berubah. Karena apa? Karena aku pernah gila? Kamu malu? Kamu malu pacaran sama pasien rumah sakit jiwa?!"

Suara Rina begitu keras, secara alami atensi beralih padanya. Murid-murid yang kebetulan lewat langsung berhenti, terkejut setengah mati mendengar ucapan dari gadis cantik itu.

"Itu kan alasan kamu gak pernah muncul sama sekali saat aku di rawat?!" kedua mata Rina berkaca-kaca. "Meski ribuan kali orang-orang minta kamu datang, tapi kamu gak datang barang sedetikpun. Aku butuh kamu, aku mau ketemu kamu! Cuma itu Cakra! Kenapa sih sulit banget?!"

"Aku juga gak mau kayak gini Cakra! Aku berusaha sembuh! Aku mau kembali ke kamu dan gak bikin kamu nanggung malu!" Rina mulai menangis. "Kali ini aku tulus, aku benar-benar tulus. Kasih aku satu kesempatan, aku gak akan kecewain kamu. Aku janji!"

"Rina, stop," kedua tangan Cakra sudah mengepal erat.

Rina tertawa. "Wajar kamu lebih milih Jihan. Dia cantik, dia luar biasa, dia ... bahkan masih perempuan utuh," ucapnya. "Maaf karena gak tau diri, maaf kalau aku udah gak pantes buat kamu. Tapi, aku benar-benar butuh kamu."

"Perempuan utuh?" bisik-bisik mulai terdengar.

"Setahu gue sih Rina juga korbannya Mirza, mangkanya dia pindah sekolah kan waktu itu?"

"Gue lupa-lupa inget sih karena lebih fokus sama si Mirza yang keburukannya terungkap semua."

"Tapi asli! Si Rina juga korban! Berarti dia udah gak segel kan? Dia---"

Hening, semua suara mendadak hilang. Tiap murid mulai membubarkan diri karena gertakan kedua mata tajam Cakra yang menghunus mereka. Seakan sebuah pedang yang bisa mengoyak mereka kapan saja.

Melarikan diri adalah pilihan terbaik sebelum laki-laki itu mengamuk!

Cakra kembali menatap Rina. Tatapan cowok itu melembut. "Jangan buat diri lo kelihatan rendah," ucapnya. "Lo tetap perempuan utuh. Persetan dengan apapun, gak ada sebuah patokan untuk itu. Mau lo udah gak segel sekalipun, lo tetap perempuan. Gak ada perempuan rusak, gak ada perempuan yang gak utuh. Semua punya hak yang sama di mata gue."

"Jadi, bukan itu alasannya?" tanya Rina.

Cakra menggeleng. "Kalau dengan alasan rendahan kayak gitu gue ninggalin lo, kenapa gak dari dulu sejak lo masih brengsek-brengseknya?"

JANGAN CUEK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang