49 - Fisika Dan Jawaban

52.7K 4.8K 6.1K
                                    

SELAMAT MALAM MINGGU!

Kalian kemana malming? Aku sih mengetik bab ini untuk kalian😭😭

Mana yang protes bab kemarin2 pendek? Nih aku panjangin lagii, jangan bosen bacanya👊🏻

*****

"KAK JIHAN!" Feyla masuk lalu memeluk Jihan yang baru saja Faegan dudukan di ranjang. "Maaf aku sinisin Kak Jihan kemarin! Aku cuma kesel! Aku kesel Kak Jihan gak pernah datang! Aku kesel karena Kak Jihan gak pernah angkat telpon dan bales chat aku! Aku gak bermaksud jahatin Kakak."

Jihan yang sudah membalas pelukan Feyla tampak mengerutkan keningnya. "Kakak gak pernah dapet chat atau telepon apapun dari kamu, Fey. Kakak gak mungkin abain kamu. Itu mustahil."

Feyla menjauhkan wajahnya, menatap Jihan dengan air mata yang terus mengalir. "Selama nemenin Papa berobat aku selalu hubungan Kak Jihan. Aku gak pernah hubungin siapapun kecuali Kak Jihan, bahkan Bang Dion dan Bang Cakra. Tapi ... Kak Jihan gak pernah respon sedikitpun."

Faegan mengerti, Feyla menghubungi nomor Jihan yang melekat di ponsel lamanya. Benda yang dikuasai oleh Vani. Dia bersyukur Vani tidak pernah mengusik pesan dari Feyla atau Mamanya. Faegan tidak mau kedua wanita tersayangnya itu ikut membenci Jihan hanya karena pesan-pesan balasan yang diketik orang lain.

"Fey, nanti Abang jelasin ya? Jihan sekarang butuh istirahat. Soal itu nanti kita bicarain," ujar Faegan.

Feyla menggeleng. "Aku mau tidur sama Kak Jihan malam ini!" putusnya.

"Fey," Faegan memberikan tatapan peringatan.

Feyla berdecak sebal. "Abang jelek! Nyebelin! Jauh-jauh dari Fey mulai sekarang! Gak usah peluk-peluk lagi, peluk tembok aja sana!" kesalnya.

Jihan tersenyum kecil. "Faegan jadi suka peluk-peluk kamu, Fey?" tanya Jihan.

Feyla mengangguk cepat. "Nyebelin kan? Dia peluk-peluk aku kayak orang gila sambil nangis-nangis selama nunggu Papa berobat, padahal aku sama Mama gak separah itu!"

Jihan tertawa geli. "Seorang Faegan?" cewek itu tidak percaya.

"Serius!" jawab Feyla antusias. "Bukan itu aja, Kak. Bahkan waktu tidur Abang juga sering nyebut-nyebut nama Kak Jihan!"

"Aku?" Jihan menunjuk dirinya tidak percaya.

"Iya! Sering banget sampe aku dan Mama hafal, Abang itu ngigoin nama Kak Jihan dan liatin fotonya Kak Jihan setiap hari." Ucapnya serius. "Terus--- hmmp!" Feyla menatap kesal Faegan yang membekap mulutnya.

"Keluar kamu!" Faegan mengangkat Feyla ke bahunya dengan mudah lalu membawa keluar adiknya yang terus meronta-ronta tidak terima itu. Mengusirnya paksa.

"Abang, Fey!" Dissa datang dengan nampan berisi susu hangat. Wanita itu menatap dua anaknya memperingati.

"Iya, Ma," jawab keduanya kompak lalu Faegan langsung menurunkan Feyla yang tadi sedang memukuli punggungnya.

Dissa menghampiri Jihan lalu meletakkan nampan di nakas sebelahnya. Wanita itu duduk dan memeluk Jihan tanpa aba-aba. Keduanya tidak mengatakan apapun, namun Jihan langsung menumpahkan air matanya setelah merasakan hangat pelukan Dissa. Dissa mengusap sayang punggungnya dengan lembut.

"Gak apa-apa sayang, ada Mama di sini," bisik Dissa menguatkan.

Mendengar tangisan Jihan yang menyakitkan seperti itu, Faegan dan Feyla memilih meninggalkan kamar itu. Memberi waktu untuk mereka berdua.

JANGAN CUEK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang