Chapter 69 : Di Usir

31.3K 1.5K 97
                                    

Hai guys 👋, maaf ya kalau ada penggunaan kata atau kalimat yang salah. Serta typo yang bertebaran dimana-mana, dan juga maaf kalau penulisannya masih berantakan, terbelit-belit, serta ada penyusunan kata/kalimat yang kurang tepat. Kalian bisa komen salahnya dimana, nanti saya perbaiki.











Happy Reading

Qila mengajak Ziva ke sebuah taman yang sangat ramai dengan anak-anak yang berlari kesana-kemari. Disana, Ziva berlari dengan bebas di iringi senda gurau Qila yang membuat Ziva tertawa terbahak-bahak.

Beberapa menit yang lalu, mereka juga memakan sebuah ice cream dengan rasa cokelat yang sangat enak di lidah dan di tambah lagi beberapa toping di atasnya.

Sudah 2 jam lebih Qila dan Ziva bermain di sana, Qila dan Ziva duduk di sebuah bangku taman yang ada disana. Mendengar berbagai celotehan-celotehan Ziva yang sedari tadi tidak berhenti membicarakan tentang apa saja yang ia lakukan dengan Arka.

"Unda, malin kak aka jatuh ke palet". Kata Ziva yang bercerita mengenai kejadian semalam. Saat dirinya bermain dengan teman laki-laki nya itu.

" Kok bisa?, kak Arka masuk ke got karena apa sayang? ". Tanya Qila sembari menyuapi Ziva cemilan yang tadi Ia beli di supermarket.

" Malin jipa ama kak aka main etak upet, telus kak aka ali jipa. Telus Kak aka ke andung atu besal undaa. Telus kak aka jatuh deh. Mukanya kak aka jadi itam cemua". Ucap Gadis itu sembari meragakan kejadian itu dengan lengan nya. Layaknya seorang anak kecil yang sedang bercerita.

(Kemarin Ziva sama kak Arka main petak umpet, terus kak Arka cari Ziva. Terus Kak Arka kesandung batu besar bunda. Terus kak Arka jatuh deh. Mukanya kak Arka jadi hitam semua)

"Hahaaha, pasti mukanya kak Arka lucu". Kata Qila saat membayangkan wajah Arka yang terkena air peceran di got depan rumah tetangga nya.

" Iya undaa, mukanya kak aka au usuk. Milip e'ek api". Seru Ziva dengan girang.

(Iya bunda, mukanya kak Arka bau busuk. Mirip tai sapi)

"Lain kali kalau main hati... ". Ucap Qila terhenti saat melihat seseorang yang sangat ia kenal tengah duduk tak jauh dari bangkunya.

Qila menyipitkan matanya, memastikan lebih jelas lagi jika apa yang ia lihat itu adalah Suaminya. Tetapi, dengan siapa Suaminya itu duduk?.

" Undaa". Panggil Ziva sembari menggoyang-goyangkan lengkan Qila.

"Iya sayang? ". Sahut Qila dan mengelus pipi tembam putri nya. Dengan sorot mata yang sesekali melihat ke arah kedua orang disana.

" Undaa ada Ayah undaa, Jipa mau ke sana". Tunjuk Ziva pada Alzio. Walaupun posisi Alzio sedang membelakangi nya, Ziva tetap mengenal jika itu adalah Alzio. Ayahnya.

"Sayang, jangan dulu ya, Ayah lagi ngobrol sama temannya. Mungkin masalah pekerjaan". Ucap Qila dan langsung menggendong Ziva.

"Masalah pekerjaan tapi bahasnya kok di taman, mana Cuma berdua lagi". Batin Qila sembari tersenyum miris.

" Ndak mauuu undaaa huwaaa". Ziva memberontak. Meminta untuk segera di turunkan. Karena tak ingin anaknya itu terjatuh, akhirnya Qila pun menurunkan Ziva dan mendudukkan putri nya itu di bangkunya tadi.

Guruku, Suamiku! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang