Chapter 75 : Epilog

36.1K 1.6K 69
                                    

Hai guys 👋, maaf ya kalau ada penggunaan kata atau kalimat yang salah. Serta typo yang bertebaran dimana-mana, dan juga maaf kalau penulisannya masih berantakan, terbelit-belit, serta ada penyusunan kata/kalimat yang kurang tepat. Kalian bisa komen salahnya dimana, nanti saya perbaiki.









Happy Reading

"Bunda Adek Zidan pipis". Teriak Ziva yang sedang di beri tugas sang Bunda untuk menjaga sang Adik yang sudah berumur beberapa bulan. Mendengar teriakan nyaring sang kakak, bayi mungil itu menangis dengan sangat nyaring. Ziva yang bingung melihat adiknya menangis itupun segera menepuk-nepuk paha adiknya pelan sembari mengucapkan kata-kata menenangkan untuk adiknya.

Seorang wanita keluar dari kamar mandi, menghampiri kedua anaknya yang berada di atas ranjang kamarnya. Menggendong bayi mungil itu dengan cara menimang-nimang agar bayi laki-laki itu tenang. "Bunda tadi Ziva teriak, terus adek nangis". Adu Ziva dengan kosa kata yang sudah jelas dan sempurna.

"Lain kali bicaranya baik-baik aja ya sayang, gak baik teriak-teriak kayak tadi". Tuturnya dengan nada yang sangat lembut dan sebelah tangan yang mengelus kepala sang putri dengan sayang.

Ziva mengangguk mengerti. "Iya Bunda, Ziva gak ulangi lagi".

"Pinter anak Bunda".

"Bunda kasurnya basah". Ucap Ziva sembari menujuk bagian kasur yang terkena air kencing adiknya tadi.

"Iya sayang, nanti Bunda bersihkan. Ziva gak main, nak?". Tanya Qila. Biasanya, di saat seperti ini anaknya itu sudah bermain bersama anak tetangga-tetangganya di luar.

"Main kok Bunda, Ziva keluar dulu ya Bunda". Pamitnya. Belum sempat Qila berkata 'iya' Ziva sudah berlari terlebih dahulu keluar kamar. Qila hanya bisa menggelengkan kepalanya heran, anak itu selalu saja seperti itu. Kebiasaan!.

•••

Di sore harinya, Alzio memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. Baru saja Ia menutup pintu mobil, tiba-tiba seorang gadis kecil berlari ke arahnya dan memeluk kedua kakinya sembari menangis. "Huwaa Ayah hiks."

Alzio yang bingung melihat putrinya menangis itu pun lantas mengangkat Ziva ke gendongannya. "Ziva kenapa nangis?". Tanya Alzio sembari mengusap air mata putrinya.

"Ayah kak Arka pergi hiks. " Adunya.

"Pergi kemana hm?, kenapa Ziva nangis sampai begini."

"Ayah kak Arka mau pergi jauh, kak Arka mau tinggalin Ziva di sini." Alzio yang masih bingung dengan perkataan putrinya itu pun tak tau harus berbuat apa. Alzio mengusap punggung Ziva guna untuk menenangkan putrinya agar tak menangis lagi.

Hingga tetangganya pun menghampirinya dengan seorang anak yang berusia 11 tahun mengikuti di belakangnya. Mereka adalah orang tua Arka. "Assalamu'alaikum." Salam Hasan, abi Arka.

"Wa'alaikumuss salaam." Jawab Alzio yang bingung maksud dari kedatangan tetangganya kemari. "Ada apa Pak Hasan?." Tanya Alzio dan menurunkan Ziva dari gendongannya.

"Kedatangan saya sekeluarga kemari ingin berpamitan karena mulai hari ini kami gak tinggal di sini lagi, Pak." Tutur Pak Hasan.

Tiba-tiba sekali, memangnya ada apa dengan tetangganya ini tiba-tiba ingin pindah. "Kira-kira Pak Hasan pindah kemana?." Tanya Alzio.

Guruku, Suamiku! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang