Chapter 71 : Pukulan Hardian

33.3K 1.7K 175
                                    

Hai guys 👋, maaf ya kalau ada penggunaan kata atau kalimat yang salah. Serta typo yang bertebaran dimana-mana, dan juga maaf kalau penulisannya masih berantakan, terbelit-belit, serta ada penyusunan kata/kalimat yang kurang tepat. Kalian bisa komen salahnya dimana, nanti saya perbaiki.










Happy Reading

"Engga, kamu akan tetap di rumah ini sampai kapanpun". Ucap Alzio dengan sangat tegas.

Istrinya itu tidak boleh meninggalkan rumah ini, rumah yang ia beli untuk mereka berdua hidup bersama dan membangun keluarga yang bahagia. Dengan anak-anak kecil yang berlarian ke sana kemari.

Qila memutar matanya malas, tak menghiraukan ucapan suaminya itu dan memilih melangkahkan kakinya dengan sangat cepat. Ia harus segera pergi dari hadapan suaminya itu, sebelum amarah nya naik kembali karena melihat wajahnya.

Alzio yang melihat itu pun mengejar Istrinya hingga di depan teras rumah nya. Menghentikan Qila dengan memegang tangan Qila erat, Alzio terus berusaha berbicara pada Istrinya itu untuk menggagalkan rencananya untuk pergi dari rumah.

"Sayang jangan seperti ini". Lirih Alzio dengan raut wajah serius. Sorot matanya menatap mata Qila sendu.

" Lepas". Katanya dengan nada yang dingin dan enggan melihat ke arah Alzio.

Qila terus berusaha untuk melepaskan genggaman erat Suaminya pada pergelangan tangannya. Tetapi, sulit karena Suaminya itu menggenggam terlalu kuat. Membuat pergelangan tangannya menjadi merah dan sedikit sakit.

“Gak akan, Sayang ayo kita bicarakan masalah ini baik-baik”. Bujuk Alzio yang berharap istrinya itu mau mendengarkannya. Tetapi, sepertinya semua itu akan sia-sia. Istrinya itu sudah terlanjur marah dan berakhir salah paham tentang dirinya.

Alzio tidak akan membiarkan kesalahpahaman ini berlangsung lama, ia akan meluruskan dan menjelaskan dengan jujur mengenai masalah rumah tangganya ini.

“APA YANG MAU DIBICARAKAN?, SEMUANYA SUDAH JELAS. SAYA GAK BUTUH PENJELASAN DARI ANDA LAGI PAK ALZIO TERHORMAT”. Ucap Qila dengan intonasi yang sedikit tinggi, menatap Alzio dengan kemarahan yang belum reda juga.

“Kamu salah paham, ayo masuk dulu. Gak enak di dengar tetangga kalau kita bertengkar disini”. Ucap Alzio menenangkan istrinya itu agar tidak berteriak dan para tetangga tidak mendengar pertengkaran yang terjadi antara dirinya dan juga Qila, istrinya.

Jika saja pertengkaran ini di dengar oleh tetangga, bisa-bisa masalah antara dirinya dan juga Qila akan di jadikan bahan gosip oleh para tetangganya itu.

“Gak lepasih”. Qila terus berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Alzio dari pergelangan tangannya.

“Sayang dengarkan penjelasan mas dulu, jangan asal pergi aja”. Kata Alzio.

“AKU GAK MAU, MAKSA BANGET SIH. MINGGIR AH”. Bentak Qila dan menggigit tangan Alzio dengan sangat keras, membuat tangan berurat itu mengeluarkan sedikit darah dari bekas gigitannya.

“Aakkh”. Erang Alzio. Qila pun menyentak kasar tangan Alzio. Kemudian berlari meninggalkan suaminya yang tengah kesakitan akibat ulahnya.

Di tengah-tengah Alzio menahan sakit pada tangannya, Alzio melihat sang istri yang masuk ke dalam taxi yang berhenti di depan perkarangan rumahnya. Alzio berlari menghampiri taxi itu, namun sayangnya taxi yang ditumpangi istrinya langsung bergegas pergi dengan kecepatan yang tidak dapat Alzio gapai walau Alzio mengejarnya sekalipun.

Guruku, Suamiku! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang