Chapter 72 : Penjelasan

35.5K 1.7K 140
                                    

Hai guys 👋, maaf ya kalau ada penggunaan kata atau kalimat yang salah. Serta typo yang bertebaran dimana-mana, dan juga maaf kalau penulisannya masih berantakan, terbelit-belit, serta ada penyusunan kata/kalimat yang kurang tepat. Kalian bisa komen salahnya dimana, nanti saya perbaiki.










Happy Reading

Malam harinya, kini di meja makan rumah keluarga Kennard penuh dengan berbagai makanan enak. Alfina dan Hardian makan dengan nikmat di sana, sembari sesekali mengobrol dengan Farel dan juga Alzio.

"Loh nak Al, kenapa makanannya gak dimakan?". Tanya Alfina saat melihat Alzio hanya menatap tak selera pada makanan di hadapannya.

"Al tunggu Qila aja Ma, Qila belum makan malam". Jawab Alzio yang di selingi senyuman menatap ke arah Alfina.

"Kamu kayak gak tau istrimu aja kalau lagi marah, nanti kalau lagi lapar Qila bakal turun sendiri buat makan". Kata Alfina sembari memakan buah yang tadi ia potong.

Tadi, Alzio sudah berkali-kali mengajak Qila untuk makan malam bersama. Namun, Qila tetap mengurung diri di kamar dan tidak mau mendengarkan Alzio. Padahal, Alzio sudah membawakan sepiring nasi untuk istrinya itu makan. Tetapi, tetap saja Istrinya itu tidak mau membukakan pintu untuknya.

"Kakak kayak anak kecil aja, marah dikit gak mau makan". Cibir Farel. Di umur kakaknya yang sudah berkepala dua sangat tidak pantas bersikap seperti itu. Seharusnya bila ada masalah kakaknya itu harus bisa menyelesaikan dengan baik, bukan malah mengurung diri dan tidak mau makan.

" Shutt Farel, nanti kalau kakak kamu dengar dia bisa marah". Tegur Alfina dengan meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya.

"Nak, Papa merasa bersalah sekali sama kamu karena kesalahpahaman tadi. Seharusnya Papa gak langsung pukul kamu dan meminta penjelasan kamu terlebih dahulu". Ujar Hardian bersalah dan menghentikan ucapannya sejenak. " Karena kemarahan sesaat Papa jadi main hakim sendiri, Papa tau sifat Qila seperti apa, tapi dengan mudahnya Papa langsung membenarkan apa yang Qila katakan tadi sore. Sekali lagi Papa minta maaf, nak". Lanjutnya dengan menatap Alzio sendu.

Sebelumnya Hardian sudah berkali-kali meninta maaf pada menantunya itu dan memperbolehkan menantunya itu untuk memukulnya balik. Tetapi Alzio tidak melakukannya karena dengan hati yang paling dalam ia sudah memaafkan mertuanya itu, toh ini hanya kesalahpahaman saja. Tidak perlu di perpanjang lagi dengan saling memukul.

Yang terpenting sekarang gimana caranya Istrinya itu mau bertemu dan berbicara lagi padanya setelah kejadian tadi saat Hardian memarahi Istrinya itu karena perbuatannya sendiri.

Tadi, Hardian sempat memarahi Qila di depan Alzio dan juga Alfina. Karena pernyataannya, Hardian berani memukul Alzio karena kesalahpahaman yang anaknya buat sendiri.

Hal itu membuat Qila terkejut sekaligus malu, Qila merasa bersalah karena sudah menuduh Alzio berselingkuh, Qila malu karena asumsinya sendiri yang membuat suaminya itu harus kena hajar Papanya. Dan sekarang, ia memilih untuk tidak bertemu dan berbicara pada Alzio di karenakan malu dan marah pada dirinya sendiri. Padahal, Alzio sendiri tak mempermasalahkan dan telah memaafkan Istrinya itu.

"Gak masalah Pa, Al paham. Kalau Al jadi Papa, Al bakal ngelakuin hal yang sama. Menurut Al Itu bentuk kasih sayang Papa ke Qila. Ayah mana yang gak marah kalau anaknya di sakiti pria lain". Ucap Alzio sembari tersenyum tipis menatap Hardian yang duduk di depannya.

"Tapi sebenarnya kamu gak bersalah, nak". Sahut Hardian yang tetap merasa bersalah pada Alzio, walaupun Alzio sudah memaafkannya.

"Al sudah gak mempermasalahkan hal itu Pa, kita lupakan masalah tadi aja. Sekarang Al mau bujuk istri Al buat makan". Setelah mengucapkan hal itu, Alzio berdiri dan mengambil sepiring nasi beserta lauk yang tadi Alfina siapkan untuk anak perempuannya itu dan tak lupa juga Alzio membawakan segelas air untuk Istrinya itu minum.

Guruku, Suamiku! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang