Chapter 43 : Tantangan

31.4K 1.8K 65
                                    

Hai guys 👋, maaf ya kalau ada penggunaan kata atau kalimat yang salah. Serta typo yang bertebaran dimana-mana, dan juga maaf kalau penulisannya masih berantakan, terbelit-belit, serta ada penyusunan kata/kalimat yang kurang tepat. Kalian bisa komen salahnya dimana, nanti saya perbaiki.











Happy Reading

Sepulang membelikan Qila makanan, Alzio langsung membawa Qila ke ruangannya dan menghabiskan makanannya diruangan pribadinya itu. Sembari menunggu seseorang yang tadi ia panggil untuk segera ke ruangannya.

Saat ini, Qila sedang duduk di kursi kebesaran milik Alzio yang berada di ruangan pribadi Alzio dengan Alzio yang menyandarkan bokongnya pada meja yang berada di depan Qila.

"Kepala kamu masih pusing?". Tanya Alzio dengan nada lembut. Sudah berkali-kali Alzio menanyakan hal yang sama seperti ini padanya. Bahkan setiap menit Suaminya itu terus saja berbicara dan menanyakan apakah dirinya sudah membaik atau belum. Membuat Qila yang mendengar itu menjadi sangat bosan dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Guru plus Suaminya itu.

"Aku bilang sudah engga Mas". Jawab Qila malas sembari mengunyah makanan yang tadi Suaminya beli.

"Alhamdulillah kalau gitu. Ingat ya Sayang, dikemudian hari Mas gak mau kejadian ini terulang kembali. Alhamdulillah nya kamu gak terluka parah. Gimana nanti saat kejadian ini terulang lagi, Mas khawatir sama keadaan kamu Sayang". Ujarnya dengan serius. Namun, Istrinya ini malah fokus pada makanan di depannya saja. Begitulah Istri kecilnya itu bila bertemu dengan makanan. Pasti dirinya tak di perdulikan lagi oleh Istri kecilnya itu.

"Yaa.. Gak tau nanti".

"Sayang Kamu ta-".

"Iya Mas Al". Potong Qila cepat sebelum dirinya harus mendengar ocehan panjang dari Suaminya itu.

Qila bingung, Padahal sebelum mereka menikah Suaminya yang satu ini tidak pernah berbicara panjang lebar. Kecuali, Jika saat mengajar. Baru akan terus berbicara. Namun, tetap saja aura dingin nya terpancar. Tetapi mengapa sekarang Suami tua nya ini lebih cerewet di bandingkan dirinya.

Tok Tok Tok

Terdengar suara ketukan pintu yang membuat dua pasturi muda itu mengalihkan atensinya pada sumber suara. "Masuk". Ucap Alzio mempersilahkan.

Pintu terbuka memperlihatkan seorang wanita dengan seragam putih hitam nya dan rambut terurai kebelakang tengah tersenyum menatap Alzio yang berdiri di samping Qila. " Pak Al memanggil saya? ". Tanya Wanita itu sopan setelah menutup pintu ruangan Alzio kembali.

" Anda tahu kesalahan anda Bu Vika? ". Tanya Alzio yang langsung pada intinya dengan nada yang terkesan dingin sembari menatap Sang Guru perempuan yang tadi pagi menghukum keras Istri tercintanya itu.

" Kesalahan yang mana ya Pak Al? ". Tanya Bu Vika bingung sembari mengingat kembali kesalahan apa yang baru saja ia buat tadi. Ia merasa jika Dirinya sama sekali tak pernah membuat sebuah kesalahan.

"Secepat itukah Anda lupa mengenai kejadian tadi pagi Bu Vika?". Tanya Alzio sambil mengangkat sebelah alisnya, sembari melipat tangannya di depan dada. Tak lupa juga tatapan tajam yang selalu menyertai bila berbicara dengan wanita di depannya ini.

Sedangkan Qila hanya asik memakan makanannya itu sembari mendengar pembicaraan kedua orang di dalam ruangan ini. Dirinya tak perlu ikut campur mengenai masalah ini. Biarlah Suaminya saja yang menyelesaikannya. Menurutnya makanan lebih diutamakan untuk saat ini.

Guruku, Suamiku! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang